Jumat, 01 Desember 2017

Makalah Malu

MALU
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Etika dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Drs. Wido Murwadi, M.Pd.



Disusun Oleh:
Ketua          : Ahmad Faqihuddin Siroj      (23010-15-0138/ 18)
Sekretaris    : Mutiara Khikmah                  (23010-15-0333/ 35)
Pelapor        : Nurul Wafa                           (23010-15-0042/ 03)
Anggota      : Angelia Indah Chairunnisa   (23010-15-0169/ 20)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah ‘Etika dan Budaya Jawa’ yang berjudul Malu.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ini , semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi siapa saja yang membaca.. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekhilafan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.     



Salatiga,    Oktober 2016  


Penyusun  




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia sekarang sudah jarang yang memilki rasa malu seperti dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang sudah tidak memiliki rasa malu bila melanggar hati nurani dan aturan hidup mulai dari tingkah laku, sikap dan dalam berpakaian.
Jadi orang tua dan para pendidik juga ikut berkewajiban untuk menanamkan rasa malu secara sungguh-sungguh. Seperti mengawasi perilaku anak, mengawasi anak memilih teman berteman yang baik, memilih untuk membaca buku-buku yang bermanfaat, menjauhkan dari berbagai tontonan yang merusak, dan menjauhkan dari omongan yang tidak baik.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian malu ?
2.    Ada berapa jenis-jenis malu ?
3.    Apa keutamaan dari sifat malu ?
4.    Bagaimana cara mengatasi sifat malu ?
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian malu.
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis malu.
3.    Untuk mengetahui cara menumbuhkan sifat malu.
4.    Untuk mengetahui keutamaan dari sifat malu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Malu
Malu menurut para ulama’ adalah selalu berontak kepada sifat-sifat tercela, pantang menolak kebenaran. Ia selalu cenderung mengikuti seruan petunjuk nabi yang dipahami dari hadits-haditsnya, selalu melakukan kebaikan. Ia menuntun kepada sikap dan tindakan yang berguna di dalam masyarakat.[1]
Jika malu adalah mencegah dari melakukan sesuatu yang tercela, maka seruan untuk memiliki malu pada dasarnya adalah seruan untuk mencegah segala maksiat dan kejahatan. Pada dasarnya, islam dalam keseluruhan hukum dan ajarannya adalah ajakan yang bertumpu pada kebaikan dan kebenaran. Juga merupakan seruan untuk meninggalkan setiap hal yang tercela dan memalukan.[2]
Rasa malu yang dapat menjadikan seseorang menghindari perbuatan keji adalah akhlak yang terpuji, karena akan menambah sempurnanya iman dan tidak mendatangkan suatu perbuatan kecuali kebaikan. Namun rasa malu yang berlebihan hingga membuat pemiliknya senantiasa dalam kekacauan dan kebingungan serta menahan diri untuk berbuat sesuatu yang sepatutnya tidak perlu malu, maka ini adalah akhlak tercela, karena ia merasa malu pada tempatnya.[3]

B.  Jenis-Jenis Malu
Dalam ajaran agama disebutkan “malu adalah sebagian dari iman”. Ini berarti bahwa malu merupakan salah satu nilai budi pekerti yang harus dimiliki .oleh manusia.
Dalam kajian akidah akhlak sifat malu terbagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1.      Malu kepada diri sendiri
Orang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat dirinya sangat sedikit amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah serta kebaikannya kepada masyarakat di lingkungannya, maka rasa malunya akan mendorongnya untuk menningkatkan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. orang yang merasa malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat orang lain lebih berprestasi darinya. Dia akan malu, dan dia akan mendorong dirinya untuk menjadi orang yang berprestasi.
2.      Malu kepada manusia
Orang yang merasa malu terhadap manusia akan malu berbuat kejahatan dan maksiat. Dia tidak menganiaya dan mengambil hak orang lain. Orang yang merasa malu, malu karena dorongan adanya orang lain yang memperhatikan, sementara ketika sendiri dia tidak malu, maka sama artinya orang itu merendahkan dan tidak menghargai dirinya.
3.      Malu kepada Allah SWT
Malu seperti ini akan menimbulkan kesan yang baik. Orang yang memiliki rasa malu terhadap Allah SWT akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya, karena ia yakin bahwa Allah SWT senantiasa melihatnya.
C.  Menumbuhkan Rasa Malu
Ada beberapa kiat yang bisa kita ikuti untuk menumbuhkan rasa malu, di antaranya sebagai berikut:
1.        Menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang ditimbulkan oleh kurangnya rasa malu.
2.        Secara berkelanjutan menelaah kembali keutamaan akhlak malu dan mengingatnya.
3.        Memperkuat iman dan akidah di dalam hati. Sebab malu adalah iman dan ma’rifah kepada Allah.
4.        Beribadah dengan merenungkan nama-nama Allah, Asmaul Husna.
5.        Membiasakan diri dengan ibadah fardhu dan sunnah.
6.        Selalu jujur, sungguh-sungguh, berusaha untuk jujur, dan menjauhi bohong.
7.        Membiasakan diri untukmalu meski dengan memaksa diri setahap demi setahap sehingga diri pun terbiasa dan menjadi satu karakter dan citra diri.
8.        Bergaul dengan orang-orang yang shalih, memandang mereka, mendengar ucapan mereka, dan mengambil manfaat dari kehidupan mereka.
9.        Menghayati rasa malu yang dimiliki Rasulullah dan menelaah perjalanan hidup beliau.
10.    Menjauhi lingkungan yang menghalangi tumbuhnya akhlak terpuji, menghindari orang-orang yang tidak punya malu, dan memilih teman yang baik, yang bisa dijadikan contoh atau teladan yang baik.[4]

D.  Keutamaan Sifat Malu
Dengan memiliki sifat malu, tentunya akan memiliki manfaat ataupun faedah di dalamnya, diantaranya dapat kita ketahui, yakni:
1.      Malu adalah kunci segala kebaikan
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa, akhlak malu adalah akhlak yang paling utama, paling tinggi, paling agung, dan paling banyak manfaatnya. Bagi orang yang memiliki rasa malu maka ia akan melakukan kebaikan.
2.      Malu adalah akhlak yang dicintai Allah
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:” Sesungguhnya Allah Maha Malu dan Maha Menutupi Aib. Dia menyukai (akhlak) malu dan (perbuatan) menutupi aib...”
Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat malu itu, agar kita senantiasa dicintai Allah.
3.      Malu adalah salah satu sifat Allah
Malunya Allah adalah malu yang tidak dapat ditangkap oleh pikiran dan tidak diketahui prosesnya oleh akal. Sesungguhnya Dia Maha Pemalu yang malu kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu dia mengembalikannya keduanya kosong sia-sia, yang malu untuk menyiksa orang yang beruban yang ubannya tumbuh di dalam Islam.
4.      Malu adalah akhlak semua Nabi
Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya diantara kalimat kenabian pertama yang sampai ke tengah-tengah manusia adalah ‘ Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu’.” (HR Bukhari)
5.      Malu akan membantu seorang hamba untuk menjauhi berbagai kemaksiatan. Bahkan semua kemaksiatan akan ditinggalkan karena malu kepada Allah.

6.      Malu akan menjaga seseorang dari aib dunia dan akhirat. Sebab malu menciptakan tirai dan hijab antara seseorang hamba dengan faktor-faktor aib di dunia dan di akhirat.

7.      Malu akan menjadikan seorang hamba senantiasa taat kepada Allah.
Jika seseorang telah melihat dan merasakan nikmat yang diberikan Allah SWT yang tidak terhitung nilainya, maka seseorang tersebut akan taat kepada Allah dan semakin bertambah rasa syukurnya.
8.      Malu adalah perhiasan paling indah
Anas bin Malik menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Tidaklah (perkataan atau perbuatan) keji itu menyertai sesuatu sama sekali, kecuali membuatnya buruk, dan tidaklah malu itu menyertai sesuatu sama sekali, kecuali membuatnya indah.”
9.      Malu adalah Iman
Malu dalah bagian dari iman, dan iman adalah malu. Kedua ini dijadikan satu kesatuan yang satu melengkapi, karena apabila seorang itu beriman berarti dia pun malu untuk melakukan suatu hal yang memalukan atau pun buruk dan semakin banyak melakukan hal-hal kebaikan.[5]



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Malu dapat diterjemahkan sebagai “isin, enggan, canggun (keki) atau salah. Menurut bahasa berarti perubahan, kehancuran perasaan atau duka cita yang terjadi pada jiwa manusia karena takut dicela. Menurut para ulama’ adalah selalu berontak kepada sifat-sifat tercela, pantang menolak kebenaran.
Dalam kajian akidah akhlak sifat malu terbagi menjadi 3, yaitu
1.        Malu kepada diri sendiri
2.        Malu kepada manusia
3.        Malu kepada Allah.
Memiliki manfaat ataupun faedah di dalamnya, diantaranya dapat kita ketahui, yakni:
1.        Malu adalah kunci segala kebaikan
2.        Malu adalah akhlak yang dicintai Allah
3.        Malu adalah salah satu sifat Allah
4.        Malu adalah akhlak semua Nabi
5.        Malu akan membantu menjauhi maksiat
6.        Malu akan menjaga seseorang dari aib dunia dan akhirat.
7.        Malu akan menjadikan seorang hamba senantiasa taat kepada Allah.
8.        Malu adalah perhiasan paling indah
9.        Malu adalah iman


B.  Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangundari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Wafi, Musthafa Dieb Al-Bugha. 2003. Menyelami makna 40 hadits Rasulullah SAW. Jakarta Timur: Al-I’tishom.
http://pustakamediasyariah.blogspot.co.id/2015/04/makalah-hadis-malu.html diakses pada hari Kamis, 06 Oktober 2016 pukul 23.00
http://hadieavitria.blogspot.com/2014/01/keutamaan-sifat-malu_3331.html diakses pada hari Jumat, 07 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB






[2] Musthafa Dieb Al-Bugha Al-Wafi, Menyelami makna 40 hadits Rasulullah SAW, (Jakarta Timur: Al-I’tishom, 2003), hlm. 153
[3] Musthafa Dieb Al-Bugha Al-Wafi, Op. Cit, hlm. 154
[4] Diakses di http://hadieavitria.blogspot.com/2014/01/keutamaan-sifat-malu_3331.html pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB
[5] Diakses di http://hadieavitria.blogspot.com/2014/01/keutamaan-sifat-malu_3331.html pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dosen Pe...