MALU
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Etika dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Drs. Wido Murwadi, M.Pd.
Disusun Oleh:
Ketua : Ahmad
Faqihuddin Siroj (23010-15-0138/ 18)
Sekretaris : Mutiara
Khikmah (23010-15-0333/
35)
Pelapor : Nurul Wafa (23010-15-0042/ 03)
Anggota : Angelia Indah
Chairunnisa (23010-15-0169/ 20)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah ‘Etika dan Budaya Jawa’ yang berjudul Malu.
Sholawat
serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw. Kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah ini , semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami,
umumnya bagi siapa saja yang membaca.. Amin.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekhilafan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna memperbaiki makalah
kami selanjutnya.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Salatiga, Oktober
2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia sekarang sudah jarang yang memilki rasa malu seperti dalam
kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang sudah tidak
memiliki rasa malu bila melanggar hati nurani dan aturan hidup mulai dari
tingkah laku, sikap dan dalam berpakaian.
Jadi orang tua dan para pendidik juga ikut berkewajiban untuk
menanamkan rasa malu secara sungguh-sungguh. Seperti mengawasi perilaku anak,
mengawasi anak memilih teman berteman yang baik, memilih untuk membaca
buku-buku yang bermanfaat, menjauhkan dari berbagai tontonan yang merusak, dan
menjauhkan dari omongan yang tidak baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
malu ?
2.
Ada berapa
jenis-jenis malu ?
3.
Apa keutamaan dari
sifat malu ?
4. Bagaimana cara mengatasi sifat malu ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian malu.
2.
Untuk
mengetahui jenis-jenis malu.
3.
Untuk
mengetahui cara menumbuhkan sifat malu.
4. Untuk mengetahui keutamaan dari sifat malu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Malu
Malu menurut para ulama’ adalah selalu berontak kepada sifat-sifat
tercela, pantang menolak kebenaran. Ia selalu cenderung mengikuti seruan
petunjuk nabi yang dipahami dari hadits-haditsnya, selalu melakukan kebaikan.
Ia menuntun kepada sikap dan tindakan yang berguna di dalam masyarakat.[1]
Jika malu adalah mencegah dari melakukan sesuatu yang tercela, maka
seruan untuk memiliki malu pada dasarnya adalah seruan untuk mencegah segala
maksiat dan kejahatan. Pada dasarnya, islam dalam keseluruhan hukum dan
ajarannya adalah ajakan yang bertumpu pada kebaikan dan kebenaran. Juga
merupakan seruan untuk meninggalkan setiap hal yang tercela dan memalukan.[2]
Rasa malu yang dapat menjadikan seseorang menghindari perbuatan
keji adalah akhlak yang terpuji, karena akan menambah sempurnanya iman dan
tidak mendatangkan suatu perbuatan kecuali kebaikan. Namun rasa malu yang
berlebihan hingga membuat pemiliknya senantiasa dalam kekacauan dan kebingungan
serta menahan diri untuk berbuat sesuatu yang sepatutnya tidak perlu malu, maka
ini adalah akhlak tercela, karena ia merasa malu pada tempatnya.[3]
B. Jenis-Jenis Malu
Dalam ajaran agama disebutkan “malu adalah sebagian dari iman”. Ini
berarti bahwa malu merupakan salah satu nilai budi pekerti yang harus dimiliki
.oleh manusia.
Dalam kajian akidah akhlak sifat malu terbagi menjadi 3, yaitu
sebagai berikut:
1.
Malu kepada
diri sendiri
Orang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat
dirinya sangat sedikit amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah serta
kebaikannya kepada masyarakat di lingkungannya, maka rasa malunya akan
mendorongnya untuk menningkatkan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.
orang yang merasa malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat orang lain lebih
berprestasi darinya. Dia akan malu, dan dia akan mendorong dirinya untuk
menjadi orang yang berprestasi.
2.
Malu kepada manusia
Orang yang merasa malu terhadap manusia akan malu berbuat kejahatan
dan maksiat. Dia tidak menganiaya dan mengambil hak orang lain. Orang yang
merasa malu, malu karena dorongan adanya orang lain yang memperhatikan,
sementara ketika sendiri dia tidak malu, maka sama artinya orang itu
merendahkan dan tidak menghargai dirinya.
3.
Malu kepada
Allah SWT
Malu seperti ini akan menimbulkan kesan yang baik. Orang yang
memiliki rasa malu terhadap Allah SWT akan tampak dalam sikap dan tingkah
lakunya, karena ia yakin bahwa Allah SWT senantiasa melihatnya.
C. Menumbuhkan
Rasa Malu
Ada beberapa kiat yang bisa kita ikuti untuk menumbuhkan rasa malu,
di antaranya sebagai berikut:
1.
Menahan diri
dari perkataan dan perbuatan yang ditimbulkan oleh kurangnya rasa malu.
2.
Secara
berkelanjutan menelaah kembali keutamaan akhlak malu dan mengingatnya.
3.
Memperkuat iman
dan akidah di dalam hati. Sebab malu adalah iman dan ma’rifah kepada Allah.
4.
Beribadah
dengan merenungkan nama-nama Allah, Asmaul Husna.
5.
Membiasakan
diri dengan ibadah fardhu dan sunnah.
6.
Selalu jujur,
sungguh-sungguh, berusaha untuk jujur, dan menjauhi bohong.
7.
Membiasakan
diri untukmalu meski dengan memaksa diri setahap demi setahap sehingga diri pun
terbiasa dan menjadi satu karakter dan citra diri.
8.
Bergaul dengan
orang-orang yang shalih, memandang mereka, mendengar ucapan mereka, dan mengambil
manfaat dari kehidupan mereka.
9.
Menghayati rasa
malu yang dimiliki Rasulullah dan menelaah perjalanan hidup beliau.
10.
Menjauhi
lingkungan yang menghalangi tumbuhnya akhlak terpuji, menghindari orang-orang
yang tidak punya malu, dan memilih teman yang baik, yang bisa dijadikan contoh
atau teladan yang baik.[4]
D. Keutamaan Sifat Malu
Dengan memiliki
sifat malu, tentunya akan memiliki manfaat ataupun faedah di dalamnya,
diantaranya dapat kita ketahui, yakni:
1.
Malu adalah
kunci segala kebaikan
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa, akhlak malu adalah akhlak yang paling
utama, paling tinggi, paling agung, dan paling banyak manfaatnya. Bagi orang
yang memiliki rasa malu maka ia akan melakukan kebaikan.
2.
Malu adalah
akhlak yang dicintai Allah
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:”
Sesungguhnya Allah Maha Malu dan Maha Menutupi Aib. Dia menyukai (akhlak) malu
dan (perbuatan) menutupi aib...”
Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat malu itu, agar kita
senantiasa dicintai Allah.
3.
Malu adalah
salah satu sifat Allah
Malunya Allah adalah malu yang tidak dapat ditangkap oleh pikiran
dan tidak diketahui prosesnya oleh akal. Sesungguhnya Dia Maha Pemalu yang malu
kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu dia
mengembalikannya keduanya kosong sia-sia, yang malu untuk menyiksa orang yang
beruban yang ubannya tumbuh di dalam Islam.
4.
Malu adalah
akhlak semua Nabi
Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya diantara kalimat kenabian
pertama yang sampai ke tengah-tengah manusia adalah ‘ Jika kamu tidak malu,
berbuatlah sesukamu’.” (HR Bukhari)
5. Malu akan membantu seorang hamba untuk menjauhi berbagai
kemaksiatan. Bahkan semua kemaksiatan akan ditinggalkan karena malu kepada
Allah.
6. Malu akan menjaga seseorang dari aib dunia dan akhirat. Sebab malu
menciptakan tirai dan hijab antara seseorang hamba dengan faktor-faktor aib di
dunia dan di akhirat.
7.
Malu akan
menjadikan seorang hamba senantiasa taat kepada Allah.
Jika seseorang telah melihat dan merasakan nikmat yang diberikan
Allah SWT yang tidak terhitung nilainya, maka seseorang tersebut akan taat
kepada Allah dan semakin bertambah rasa syukurnya.
8.
Malu adalah
perhiasan paling indah
Anas bin Malik menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Tidaklah
(perkataan atau perbuatan) keji itu menyertai sesuatu sama sekali, kecuali
membuatnya buruk, dan tidaklah malu itu menyertai sesuatu sama sekali, kecuali
membuatnya indah.”
9.
Malu adalah
Iman
Malu dalah bagian dari iman, dan iman adalah malu. Kedua ini
dijadikan satu kesatuan yang satu melengkapi, karena apabila seorang itu
beriman berarti dia pun malu untuk melakukan suatu hal yang memalukan atau pun
buruk dan semakin banyak melakukan hal-hal kebaikan.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malu dapat diterjemahkan sebagai “isin, enggan, canggun (keki) atau
salah. Menurut bahasa berarti perubahan, kehancuran perasaan atau duka cita
yang terjadi pada jiwa manusia karena takut dicela. Menurut para ulama’ adalah
selalu berontak kepada sifat-sifat tercela, pantang menolak kebenaran.
Dalam kajian akidah akhlak sifat malu terbagi menjadi 3, yaitu
1.
Malu kepada
diri sendiri
2.
Malu kepada
manusia
3.
Malu kepada
Allah.
Memiliki
manfaat ataupun faedah di dalamnya, diantaranya dapat kita ketahui, yakni:
1.
Malu adalah
kunci segala kebaikan
2.
Malu adalah
akhlak yang dicintai Allah
3.
Malu adalah
salah satu sifat Allah
4.
Malu adalah
akhlak semua Nabi
5.
Malu akan
membantu menjauhi maksiat
6.
Malu akan
menjaga seseorang dari aib dunia dan akhirat.
7.
Malu akan
menjadikan seorang hamba senantiasa taat kepada Allah.
8.
Malu adalah
perhiasan paling indah
9.
Malu adalah
iman
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangundari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan
kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Wafi, Musthafa Dieb Al-Bugha. 2003. Menyelami makna 40 hadits
Rasulullah SAW. Jakarta Timur: Al-I’tishom.
http://pustakamediasyariah.blogspot.co.id/2015/04/makalah-hadis-malu.html diakses pada hari Kamis, 06 Oktober 2016 pukul 23.00
http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2013/01/makalah-sifat-malu-atau-rasa-malu.html diakses pada hari Kamis, 06 Oktober 2016 pukul 22.00
http://hadieavitria.blogspot.com/2014/01/keutamaan-sifat-malu_3331.html diakses pada hari Jumat, 07 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB
[1]
Diakses di http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2013/01/makalah-sifat-malu-atau-rasa-malu.html
pada hari Kamis, 06 Oktober 2016 pukul 22.00
[2]
Musthafa Dieb Al-Bugha Al-Wafi, Menyelami makna 40 hadits Rasulullah SAW,
(Jakarta Timur: Al-I’tishom, 2003), hlm. 153
[3]
Musthafa Dieb Al-Bugha Al-Wafi, Op. Cit, hlm. 154
[4]
Diakses di http://hadieavitria.blogspot.com/2014/01/keutamaan-sifat-malu_3331.html
pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB
[5] Diakses
di http://hadieavitria.blogspot.com/2014/01/keutamaan-sifat-malu_3331.html
pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB