Rabu, 19 April 2017

Makalah AGAMA BUDHA ,SEJARAH, DAN PAKAR AGAMANYA




AGAMA BUDHA ,SEJARAH, DAN PAKAR AGAMANYA
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Perbandingan Agama
Dosen pengampu : Imamul Huda M.Pd.I



Di Susun Oleh:
1.      Restu Riawan                    : 23010-15-0127
2.      Ajeng Rahmawati             : 23010-15-0116
3.      Suryaningsih                     : 23010-15-0114
  
                                          

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATGA

2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah robbil alamin, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini saya susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perbandingan Agama tahun pelajaran 2016 IAIN Salatiga.
Tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
·         Bpk Imamul Huda M.Pd.I  selaku dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Agama.
·         Orang Tua saya  yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu makalah ini.
·      Teman – teman yang memberi semangat atas makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu saya mohon kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.



 


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Agama Budha berasal dari india, dan menyebarluas diIndia. Pada mulanya ajaran memang bukan merupakan agama, melainkan hanya suatu ajaran untuk melepaskan diri dari sangsara( samsara) dengan kekuatan manusia itu sendiri, sebagaimana yang berhasil dilakukan oleh sang Budha. Tetapi kemudian, ajaran ini berkembang menjadi agama yang memiliki penganut hingga akhirnya mampu mempengaruhi pemikiran banyak orang dan menyebar luas di India.
Dan pada kesempatan kali ini , pemakalah akan membahas lebih lanjut tentang sejarah terbentuknya agama Budha, siapa yang mencetuskan lahirnya agama Bhuda, dan juga para pakar agamanya, yang akan dibahas pada bab pembahasan dibawah.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana sejarah agama Bhuda?
b.      Siapa saja pakar-pakar agamanya?
c.       Apa saja hari-hari besar yang di peringati dalam Agama Bhuda?
C.    Tujuan
a.       Mengetahui sejarah agama Bhuda.
b.      Mengetahui pakar-pakar Agamanya
c.       Mengetahu hari-hari besar Agama Bhuda.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Agama Budha
1.  Sejarah lahirnya Agama Budha
Dalam kepercayaan para pemeluk agama Bhuda, diketahui beribu-ribu orang yang mendapatkan gelar kehormatan Budha. Untuk masa sekarang, orang yang dapat pencerahan dan gelar tersebut adalah siddhartha Gautama, Budha yang ke 28 sekaligus sebagai pendiri agama Budha sebagaimana yang kita kenal.
Selain mendapat gelar Budha, Siddartha juga telah mendapat gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang mengajar sebelumnya), sakya mimi (petapa dari suku Sakya), Sakya sumba (singa dari suku Sakya), Sugata (orang yang datang dengan selamat), Suaria Siddha (orang yang terkabul semua permintaanya).
Jika kita telusuri lebih jauh, secra etimologi , kata Budha ini berasal dari “Buddh” yang berarti bangun atau bangkit, dan dapat pula berarti pergi dari kalangan orang bawah atau awam. Kata kerjanya “bujjhati”, antara lain berarti bangun, mendapatkan pencerahan, mengetahui, mengenal, atau mengerti. Dengan kata lain, Budha mengandung beberapa pengertian, di antaranya ialah orang yang telah memperoleh kebijaksanaan sempurna, orang sadar secara spiritual, orang yang siap sedia menyadarkan orang lain secara spiritual, serta orang yang bersih dari kotoran batin yang berupa dosa (kebencian), labha (serakah), dan moha(kegelapan).
Dengan demikian Budha adalah orang yang telah mencapai penerangan sempurna. Semua yang serupa dengan Siddartha Gautama yang menjadi pendiri agama Budha, telah mendapatkan julukan dengan nama Budha, karena ia adalah seorang yang telah mencapai penerangan sempurna, pada waktu usia 35 tahun atau lebih dari 2.500 tahun silam di India.[1]
2. Pembawa Ajaran Agama Budha
Siddartha adalah putra dari raja Sudhodana Gautama dan Dewi Mahamaya dari kerajaan kecil di Kapilawastu yang memerintah atas suku Sakya di India utara yang berbatasan dengan nepal. Menurut beberapa literatur, ia dilahirkan pada tahun 563 SM di India utara, sekitar 100 mil dari Benares, dan Wafat pada tahun 483 SM.
Banyak orang meyakini bahwa Siddartha memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang pada umumnya. Konon keistimewaan itu sudah terlihat dan mengiringi Siddartha sejak ia masih didalam kandungan. Setelah mengalami proses kelahiran yang penuh keajaiban itu, Siddartha  Gautama menjalani hidup sebagai putra raja Sudhodhana. Sejak itu, kehidupan secra garis besar dibagi atas empat periode.
a.      Budha sebagai pangeran Siddhartha.
Periode ini dimulai sejak dari kelahiran Siddartha hingga ia berusia 29 tahun. Ia hanya ingin menjadi budha jika ia melepaskan kedudukan atas tahta yang ditawarkan oleh orang tuanya. Sebenarnya, raja Sudhodhana lebih menginginkan agar siddhartha menjadi raja yang besar dan berkuasa ketimbang menjadi seorang Budha. Pertama , tanpa diduga ia bertemu dengan orang yang sudah sangat tua dilur istana, kedua, ia bertemu dengan orang yang sakit sangat mengerikan, ketiga, dengan orang yang meninggal dunia, ke empat, ia berjumpa dengan petapa yang sederhana yang memperlihatkan wajah penuh kedamaian dan pandangannya sangat tenang. Karena beberapa perjumpaan tersebut, siddartha kemudian memutuskan meninggalkan istana pada usia 29 tahun, setelah itu siddartha menyepi tujuh hari tuju malam ditepi sungai Anoma untuk merenungi kehidupan yang dijalaninya.
b.      Siddartha Gautama sebagai seorang petapa
Setelah tujuh hari tujuh malam merenungi kehidupan, Sidartha Gautama kemudian berguru pada dua Brahmana yang termasyur dimasa itu, yaitu Alaraklama dan Udnaka Ramaputra. Akan tetapi pelajaran yang diperoleh dari kedua Brahmana tersebut tidak mampu memuaskan hati dan dahaga Siddartha . karena itulah , ia memutuskan untuk meninggalkan kedua pendeta itu. Selanjutnya ia menujun dan tinggal di Uruwela.
Semenjak tinggal di Uruwela, Siddartha memulai kehidupan yang baru. Ia menjalani hidup dengan menyiksa diri, berpuasa, serta menjalani segala cobaan untuk menguasai dirinya. Sejak itu, ia mulai dikenal sebagai pertapa yang suci. Kemudian, ada lima orang pertapa yang berguru kepadanya untuk mencari kebahagian hidup, yaitu Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama, Asaji. Karena dia sadar cara bertapanya yang salah, akhirnya Siddartha menghentikan ritual tapanya. Maka sejak itu, ia bertekat menempuh jalan yang dianggapnya benar, dengan usahanya sendiri menyelidiki, merenungkan, dan menembus kedalam batinnya sendiri. Selain berusaha menguatkan kekuatan batinnya Siddartha juga melatih dirinya untuk menguasai keinginan-keinginan terhadap kenikmatan dan rangsangan indrawi.
c.      Mendapatkan penerangan dan menjadi Budha
Setelah melalui perjuangan yang panjang melalui beberapa ritual yang ia lakukan, akhirnya Siddartha berhasi mendapatkan penerangan dan menjadi Budha. Dalam meditasi itu, Siddartha berhasil mendapat petunjuk berupa ilmu pengetahuan tinggi yang meliputi hal-hal berikut:
1)    Pubbenivasanussati, yaitu pengetahuan tentang kehidupan dan proses kelahiran kembali.
2)     Dibacakku, yaitu pengetahuan dari mata dewa dan mata batin.
3)    Cuti upapatana, yaitu pengetahuan bahwa timbul dan hilangnya bentuk-bentuk kehidupan, baik atau buruknya bergantung pada perilaku masing-masing.
4)  Asyakkhyanana, pengetahuan tentang padamnya semua kecenderungan dan avidya, tentang menghilangkan ketidak tahuan.
Akhirnya, pada usia 35 tahun, siddartha berhasil menjadi budha setelah tercapainya penerangan tersebut. Ia pun menjadi Accharya Manusa atau guru bagi manusia untuk mendapatkan penerangan hidup dan melepaskan diri dari kesengsaran.
d.      Mengajarkan Darma
Setelah mendapatkan penerangan dan pengetahuan yang sempurna, Siddartha bangkit dari pertapaannya dan berangkat menuju khota Benares, tempat suci dan tempat ziarah bagi penganut agama Hindu. Sebelum sampai dikota Benares, disuatu tempat yang bernama Sarnath, ia berjumpa dengan lima rahib bekas muridnya.
Kelima murid sidarta tersebut yang kemudian menyampaikan dan mengajarkan himpunan ucapannya, yang disebut sebagai kotbah pertama (first sermon) dalam sejarah agama Bhuda. Kotbah pertama itulah yang menjadi asas dasar ajaran dari seluruh ajaran agama Budha yang kemudian terkenal dengan sebutan”empat kebenaran utama” (catu arya sacca) dan “ delapan jalan kebajikan”(arya attha ngika magga).
Selama kurang lebih 45 tahun, Siddartha Gautama berkelana menyebarkan Darma Kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih, dan kasih sayang. Saat usianya mencapai 80 tahun ia mulai berfirasat dan menyadari bahwa 3 bulan lagi, ia akan mencapai parinibbana.
Suatu waktu menjelang akhir hidupnya Siddartha Gautama meberiakan kotbah darma terakhir kepada siswa-siswinya. ketika itu, kondisinya sedang sakit dan terbaring diantara dua pohon sala di kusinagara saat memberikan wejangan kepada murid-muridnya. Setelah itu, ia parinibbana (versi Buddisme mahayana, ia wafat pada 486 SM hari ke15, bulan ke2 kalender Lunar. Sedangkan menurut versi WFB ialah pada bulan Mei 543 SM).[2]

3. Periodesasi Agama Budha
            Secara garis besar periodesasi Budha terbagi menjadi empat periode. Periode pertama berlangsung dari 500-0SM atau lima ratus tahun pertama. Periode kedua berlangsung dari 0-500M. Periode ketiga berlangsung dari 500-1000M. Dan periode keempat 1000 tahun terakhir.
Agama Budha telah hidup selama lebih dari 2500 tahun, dan selama itu pula ia telah mengalami perubahan yang besar dan radikal. Sejarahnya dapat dibagi menjadi empat periode. Periode pertama adalah periode agama Budha kuno, yang kemudian bertepatan juga dengan apa yang belakangan dikenal sebagai “Hinayana”. Periode kedua ditandai dengan munculnya Mahayana. Periode ketiga ditandai dengan munculnya Tantra dan ch’an. Ini membawa kita ketahun 1000 Masehi. Setelah itu agama Budha tidak memperbaharui diri lagi, hanya bertahan, dan 1000 tahun terakhir ini sekaligus dapat dianggap sebagai periode ke empat.[3]






B.     Pakar-Pakar Agamanya
1.      KumaraJiva (344M-413M)
Kumarajiva (transliterasi dari bahasa china ci-mo-lo-shi) lahir dari ibu suku Kuchean (cina) dan ayah India. Kumarajiva sejak kecil di Kuci sudah mendapatkan pengajaran dan pada usia 9 tahun, ia dibawa ibunya ke Kashmir untuk belajar kitab-kitab dan filsafat agama Budha.
Karya-karya Kumarajiva membentangkan jaman baru dalam perkembangan agama Budha di Cina. Dengan pengetahuannya yang mendalam dan luas tentang filsafat, aliran-aliran agama Budha dan penguasaan bahasa sansekerta mau pun Cina, Kumarajiva memimpin 3000 murid dimana 10 diantaranya adalah penulis-penulis ternama kitab-kitab agama Budha.
Menjelang kematiannya Kumarajiva dalam pembaringannya memberikan nasehat yang terkenal kepada murid-muridnya untuk menerima Karya-karyanya dan bukan mencontoh kehidupannya. Bunga terate dilumpur, demikian Kumarajiva cintailah teratai itu dan bukan lumpurnya. Kumarajiva dinilai sebagai suatu simbol hubungan kebudayaan antara India, Asia tengah dna Cina waktu itu.
Beberapa karya terjemahan yang penting dari Kumarajiva adalah:
a.      Ta- c-tu-lun     (mahaprajnaparamita-sastra)
b.      Pai-lun             (sata-sastra)
c.      Fo-shwoo-o-mi-to-cin (sukhavatyamrta-vyuha)
d.      Mio-fa-lien-hwa-cin (saddarmapundarika-sutra)
e.      Mo-ho-pan-jo-lo-mi-cin (mahaprajnaparamita-sutra)
f.      Cin-kan-pan-jo-po-lo-mi-cin (majracedka prajna paramita-sutra)
2.      Paramartha (513-569)
Paramartha (po-lo-mo-to) sebelumnya adalah seorang sramana dari suatu pendidikan agama Budha dengan bahasa sansekerta dari Ujjain (barat India) dan juga sering dipanggil Cen-ti (Cu-na-lo-to) tshin-i atau gunarata.Paramartha meninggalkan karya terjemahan yang mencakup tujuh puluh judul kitab agama Budha. Karya –karya Paramartha  dihimpun dalam 275 jilid dan beberapa karya yang penting:
a.      Fo-shwo-cie-tsie-cin (sandinirmochana-sutra)
b.      Cin-kan-pan-jo-lo-min-cin (vajracchedik prajana paramitha- sutra)
c.      So-ta-shan-lun (mahayanasamparigraha- sastra)
d.      Kun-pien-fan-fieh-lun (madhayantavibhaga- sastra)
e.      O-phi-ta-mo-ku-sho-shih-lun (abhidhidharma- kosa-vyakhyasastra)
f.      So-ta-shan-lun-shih (mahayanasamparigraha-sastra-vyakhya)
g.      Luh-rh-shi-rh-min-liao-lun (vinaya-dvaviimsati-prasan-nartha sastra)           
h.      Shi-pa-khun-lun (astadasakasa atau astadasa-sunyata-sastra)
3.      Bodhidharma (wafat tahun 528 atau 536 M)
Bodhidharma atau Dharmabhodi (tama-hu-thi) riwayat hidupnya masih belum banyak terungkap ia diketahui meninggalkan India pada tahun 526 M, untuk pergi ke Cina untuk suatu tujuan khusus, yaitu memperkenalkan sistem filsafatnya. Bodhidharma diberitakan menolak pembacaan kitab-kitab agama sehingga penganutnya kurang dapat mengembangkan intelektual melainkan lebih mengembangkan samadhi. Bodhidharma hanya menerjemahkan sebuah kitab saja dan kapan hal itu dikerjakan tidak diketahui. Kitab mahaparinirvana-sutra-sastra diterjemahkan kedalam bahasa Cina oleh tan-pen-nie-phan-cin-lun. Para penerus Bhodidharma pun juga menjalani kehidupan seperti gurunya yang tidak banyak bicara. [4]
4.      Balaputradewa
Balaputradewa adalah seorang raja Sriwijaya yang memerintah sekitatar abad ke 9 atau ke 10 Masehi. Berasal dari keluarga Syailendra, yang berkuasa dipulau jawa mulai sekitar tahun 750.
5.      Sakyakitri
Sakyakitri adalah seorang maha guru agama Budha yang ada dikerajaan Sriwijaya. Menurut kesakasian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi pusat agama Budha. Disana lebih dari seribu pendeta yang belajar agama. Diperkirakan diSriwijaya sudah berdiri sebuah perguruan Budha. Perguruan ini mempunyai hubungan yang baik dengan perguruan Budha yang ada di Nalanda, India.
6.      Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit ken Arok. Kertanegara memerintah tahun 1268-1292. Kertanegara bergelar Maharajadhiraja sri kartanegara wikrama Dharmottunggadewa. Kertanegara menganut agama Budha tantrayana.[5]


C.    Hari-Hari Besar Agama Budha
1.      Magha Puja
Magha puja adalah merupakan salah satu peristiwa yang luar biasa dibulan magha (Januari-Febriari) pada zaman Budha Gautama disamping banyak lagi peristiwa lainnya yang luar biasa. Widiyadharma dalam buku riwayat hidup Budha Gautama hal.66, menyebutkan sebagai berikut:
“ketika sang Budha berada di kota Rajagaha, (1250) orang Arahat datang berkumpul. Pertemuan para Arahat tersebut dinamakan caturrangasannipata atau pertemuan besar yang diberkai dengan 4 faktor, yaitu:
a.       Mereka berkumpul  tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
b.      Mereka semuanya Arahat dan memiliki 6 kekuatan gaib (abhinna).
c.       Semua ditabiskan dengan memakai ucapan ehi bhikkhu.
d.      Waktu itu sang Budha membabarkan / mengucapkan ovadapattimokkha.
Tempat mereka berkumpul adalah di veluvanarama (hutan pohon bambu) dan waktu itu tengah hari pada saat purnama sidhi di bulan Magha.


2.      Waisak
Waisakha dalam bahasa sansekerta vaisakha sedangkan dalam bahasa pali vsakha dan dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan waisak merupakan nama bulan menurut kalender India sedangkan untuk kalender masehi atara bulan Mei sanpai Juni, bulan tersebut didalam agama Budha sangatlah terkenal karena didalam bulan itu terjadi peristiwa yang penting dalam kehidupan Budha Gautama guru agung agama Budha. Dalam bulan waisak tepat bulan purnama terjadi 3 peristiwa penting dalam agamaBudha yaitu:
a.       Siddartha Gautama lahir
b.      Siddartha Gautama mencapai penerangan sempurna (menjadi Budha)
c.       Sang Budha parinibbana (Budha Gautama wafat)
Tradisi Budis setiap bulan waisak tepat purnama atau bulan penuh maka seluruh umat Budha memperingati peristiwa sebagai bahan perenungan untuk selalu mengingat dan mengenang ajaran sang Budha.
3.      Ashada
Ashada adalah bahasa sansekerta sedangkan untuk bahasa pali adalah Asalha kedua bahasa ini adalah digunakan sebagai bahasa masyarakat pada zaman kerajaan India, dalam kalende rmasehi antara bulan juni dan juli. Bulan ashada ini bagi umat Budha juga merupakan bulan yang penting karena pada bulan ini juga terjadi peristiwa yang sangat penting yaitu mulai diajarkannya ajaran Budha pertamakali sehingga banyak orang menyebut bulan untuk mendengarkan ajaran Budha. Sehingga dalam prasasti tersebut menggambarkan setelah mencapai tujuan mereka bersuka cita dan pada hari purnama penuh himpunan ashada, mereka memperingti hari ashada dengan mendengarkan kotbah dari para Bikkhu.



4.       Kathina
Kalaun dikaitkan dengan ritual Buddis setelah bulan ashada para Bikkhu memasuki masa vassa. Masa vassa itu adalah masa musim hujan dimana para Bikkhu dan Bikkhuni berdiam disuatu tempat untuk meningkatkan suatu kualitas batinnya dengan banyak meditasi selama tiga bulan dan berkhir pada bulan kartika atau kalau masehi Oktober . sementara para Bikkhu dan Bikkhuni berdiam selama 3 bulan para umat awam mempersiapkan diri untuk menyambut bulan kartika (kathina sering disebut dengan hari kathina/ hari berdana) dengan berdana. Daya yang dapat dipersembahkan pada waktu hari kathina adalah 4 kebutuhan pokok para Bikkhu yaitu:
a.       Tempat tinggal para Bikkhu (kuti) dan vihara.
b.      Makanan
c.       Jubah (pakaian)
d.      Obat-obatan.[6]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jadi agama Budha itu bersal dari India, dan berkembang di India. Di India lebih dulu agama Hindu, kemudian bagu agama Budha muncul. Awalnya agama Bhuda adalah bukan agama tapi sutu ajaran, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu agama. Penctus agama ini adalah Siddartha Gautama , Budha ke 28.  Beliua adalah dulunya seorang anak raja, akan tetapi beliau lebih memilih menjadi petapa untuk  menemukan pencerahan, dan pada akhirnya beliau bisa menjadi Budha. Beliau menjadi Budha pada usia 35 tahun, dan setelah menjadi Budha beliau mulai mengajarkan darma.  Dan beliau wafat pada umur 80 tahun. Begitulah sejarah singkat berdirinya agama Budha.


DAFTAR PUSTAKA

Conze Edward . 2007. Sejarah-Sejarah Singkat Agama .        Buddha.Karaniya.
Imron M. Ali.2015. Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia. .   Yogyakarta. IRCiSoD.
Tim Penyusun. 2003.Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama . Buddha. Jakarta.CV. Dewi Kayana Abadi.
Triroso. 2012.Kebesaran Kerajaan Sriwijaya.Cv. Kencana Megah .   Perkasa.



[1] M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia,( Yogyakarta, IRCiSoD, 2015), hlm. 117-118.
[2] Ibid,hlm.118-124.
[3] Edward Conze, Sejarah-Sejarah Singkat Agama Buddha,(Karaniya,2007),hlm.1-2.
[4] Tim Penyusun, Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Buddha,(Jakarta,CV. Dewi Kayana Abadi,2003),hlm.86-91.
[5] http://ruanasagita.blogspot.co.id2016/05/03tokoh-kerajan-budha-dihtm?m=1.
[6] Triroso,Kebesaran Kerajaan Sriwijaya,(Cv. Kencana Megah Perkasa,2012),hal.34-44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dosen Pe...