AGAMA BUDHA ,SEJARAH, DAN PAKAR AGAMANYA
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Perbandingan Agama
Dosen pengampu :
Imamul Huda M.Pd.I
Di Susun Oleh:
1.
Restu
Riawan : 23010-15-0127
2.
Ajeng
Rahmawati : 23010-15-0116
3.
Suryaningsih : 23010-15-0114
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATGA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah robbil alamin, saya panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini saya susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perbandingan
Agama tahun pelajaran 2016 IAIN Salatiga.
Tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak untuk
itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
·
Bpk Imamul Huda M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Perbandingan Agama.
·
Orang Tua saya yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu
makalah ini.
·
Teman – teman yang memberi
semangat atas makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. oleh
karena itu saya mohon kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Budha berasal dari india, dan
menyebarluas diIndia. Pada mulanya ajaran memang bukan merupakan agama,
melainkan hanya suatu ajaran untuk melepaskan diri dari sangsara( samsara)
dengan kekuatan manusia itu sendiri, sebagaimana yang berhasil dilakukan oleh
sang Budha. Tetapi kemudian, ajaran ini berkembang menjadi agama yang memiliki
penganut hingga akhirnya mampu mempengaruhi pemikiran banyak orang dan menyebar
luas di India.
Dan pada kesempatan kali ini ,
pemakalah akan membahas lebih lanjut tentang sejarah terbentuknya agama Budha,
siapa yang mencetuskan lahirnya agama Bhuda, dan juga para pakar agamanya, yang
akan dibahas pada bab pembahasan dibawah.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
sejarah agama Bhuda?
b.
Siapa
saja pakar-pakar agamanya?
c.
Apa
saja hari-hari besar yang di peringati dalam Agama Bhuda?
C.
Tujuan
a.
Mengetahui
sejarah agama Bhuda.
b.
Mengetahui
pakar-pakar Agamanya
c.
Mengetahu
hari-hari besar Agama Bhuda.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Agama Budha
1. Sejarah lahirnya Agama
Budha
Dalam kepercayaan para pemeluk agama
Bhuda, diketahui beribu-ribu orang yang mendapatkan gelar kehormatan Budha.
Untuk masa sekarang, orang yang dapat pencerahan dan gelar tersebut adalah
siddhartha Gautama, Budha yang ke 28 sekaligus sebagai pendiri agama Budha
sebagaimana yang kita kenal.
Selain mendapat gelar Budha,
Siddartha juga telah mendapat gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa
guru yang mengajar sebelumnya), sakya mimi (petapa dari suku Sakya), Sakya
sumba (singa dari suku Sakya), Sugata (orang yang datang dengan selamat),
Suaria Siddha (orang yang terkabul semua permintaanya).
Jika kita telusuri lebih jauh, secra
etimologi , kata Budha ini berasal dari “Buddh” yang berarti bangun atau
bangkit, dan dapat pula berarti pergi dari kalangan orang bawah atau awam. Kata
kerjanya “bujjhati”, antara lain berarti bangun, mendapatkan pencerahan,
mengetahui, mengenal, atau mengerti. Dengan kata lain, Budha mengandung
beberapa pengertian, di antaranya ialah orang yang telah memperoleh
kebijaksanaan sempurna, orang sadar secara spiritual, orang yang siap sedia
menyadarkan orang lain secara spiritual, serta orang yang bersih dari kotoran
batin yang berupa dosa (kebencian), labha (serakah), dan moha(kegelapan).
Dengan demikian Budha adalah orang
yang telah mencapai penerangan sempurna. Semua yang serupa dengan Siddartha
Gautama yang menjadi pendiri agama Budha, telah mendapatkan julukan dengan nama
Budha, karena ia adalah seorang yang telah mencapai penerangan sempurna, pada
waktu usia 35 tahun atau lebih dari 2.500 tahun silam di India.[1]
2. Pembawa Ajaran
Agama Budha
Siddartha
adalah putra dari raja Sudhodana Gautama dan Dewi Mahamaya dari kerajaan kecil
di Kapilawastu yang memerintah atas suku Sakya di India utara yang berbatasan
dengan nepal. Menurut beberapa literatur, ia dilahirkan pada tahun 563 SM di
India utara, sekitar 100 mil dari Benares, dan Wafat pada tahun 483 SM.
Banyak orang
meyakini bahwa Siddartha memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang pada
umumnya. Konon keistimewaan itu sudah terlihat dan mengiringi Siddartha sejak
ia masih didalam kandungan. Setelah mengalami proses kelahiran yang penuh
keajaiban itu, Siddartha Gautama menjalani
hidup sebagai putra raja Sudhodhana. Sejak itu, kehidupan secra garis besar
dibagi atas empat periode.
a.
Budha
sebagai pangeran Siddhartha.
Periode ini dimulai sejak dari kelahiran Siddartha hingga ia
berusia 29 tahun. Ia hanya ingin menjadi budha jika ia melepaskan kedudukan
atas tahta yang ditawarkan oleh orang tuanya. Sebenarnya, raja Sudhodhana lebih
menginginkan agar siddhartha menjadi raja yang besar dan berkuasa ketimbang
menjadi seorang Budha. Pertama , tanpa diduga ia bertemu dengan orang yang
sudah sangat tua dilur istana, kedua, ia bertemu dengan orang yang sakit sangat
mengerikan, ketiga, dengan orang yang meninggal dunia, ke empat, ia berjumpa
dengan petapa yang sederhana yang memperlihatkan wajah penuh kedamaian dan
pandangannya sangat tenang. Karena beberapa perjumpaan tersebut, siddartha
kemudian memutuskan meninggalkan istana pada usia 29 tahun, setelah itu
siddartha menyepi tujuh hari tuju malam ditepi sungai Anoma untuk merenungi
kehidupan yang dijalaninya.
b.
Siddartha
Gautama sebagai seorang petapa
Setelah tujuh hari tujuh malam merenungi kehidupan, Sidartha
Gautama kemudian berguru pada dua Brahmana yang termasyur dimasa itu, yaitu
Alaraklama dan Udnaka Ramaputra. Akan tetapi pelajaran yang diperoleh dari
kedua Brahmana tersebut tidak mampu memuaskan hati dan dahaga Siddartha .
karena itulah , ia memutuskan untuk meninggalkan kedua pendeta itu. Selanjutnya
ia menujun dan tinggal di Uruwela.
Semenjak tinggal di Uruwela, Siddartha memulai kehidupan yang baru.
Ia menjalani hidup dengan menyiksa diri, berpuasa, serta menjalani segala
cobaan untuk menguasai dirinya. Sejak itu, ia mulai dikenal sebagai pertapa
yang suci. Kemudian, ada lima orang pertapa yang berguru kepadanya untuk
mencari kebahagian hidup, yaitu Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama, Asaji. Karena
dia sadar cara bertapanya yang salah, akhirnya Siddartha menghentikan ritual
tapanya. Maka sejak itu, ia bertekat menempuh jalan yang dianggapnya benar,
dengan usahanya sendiri menyelidiki, merenungkan, dan menembus kedalam batinnya
sendiri. Selain berusaha menguatkan kekuatan batinnya Siddartha juga melatih
dirinya untuk menguasai keinginan-keinginan terhadap kenikmatan dan rangsangan
indrawi.
c.
Mendapatkan
penerangan dan menjadi Budha
Setelah melalui perjuangan yang panjang melalui beberapa ritual
yang ia lakukan, akhirnya Siddartha berhasi mendapatkan penerangan dan menjadi
Budha. Dalam meditasi itu, Siddartha berhasil mendapat petunjuk berupa ilmu
pengetahuan tinggi yang meliputi hal-hal berikut:
1) Pubbenivasanussati,
yaitu pengetahuan tentang kehidupan dan proses kelahiran kembali.
2) Dibacakku,
yaitu pengetahuan dari mata dewa dan mata batin.
3) Cuti
upapatana, yaitu pengetahuan bahwa timbul dan hilangnya bentuk-bentuk
kehidupan, baik atau buruknya bergantung pada perilaku masing-masing.
4) Asyakkhyanana,
pengetahuan tentang padamnya semua kecenderungan dan avidya, tentang
menghilangkan ketidak tahuan.
Akhirnya, pada usia 35 tahun, siddartha berhasil menjadi budha
setelah tercapainya penerangan tersebut. Ia pun menjadi Accharya Manusa atau
guru bagi manusia untuk mendapatkan penerangan hidup dan melepaskan diri dari
kesengsaran.
d.
Mengajarkan
Darma
Setelah mendapatkan penerangan dan pengetahuan yang sempurna,
Siddartha bangkit dari pertapaannya dan berangkat menuju khota Benares, tempat
suci dan tempat ziarah bagi penganut agama Hindu. Sebelum sampai dikota
Benares, disuatu tempat yang bernama Sarnath, ia berjumpa dengan lima rahib
bekas muridnya.
Kelima murid sidarta tersebut yang kemudian menyampaikan dan
mengajarkan himpunan ucapannya, yang disebut sebagai kotbah pertama (first
sermon) dalam sejarah agama Bhuda. Kotbah pertama itulah yang menjadi asas
dasar ajaran dari seluruh ajaran agama Budha yang kemudian terkenal dengan
sebutan”empat kebenaran utama” (catu arya sacca) dan “ delapan jalan
kebajikan”(arya attha ngika magga).
Selama kurang lebih 45 tahun, Siddartha Gautama berkelana
menyebarkan Darma Kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih, dan kasih
sayang. Saat usianya mencapai 80 tahun ia mulai berfirasat dan menyadari bahwa
3 bulan lagi, ia akan mencapai parinibbana.
Suatu waktu menjelang akhir hidupnya Siddartha Gautama meberiakan
kotbah darma terakhir kepada siswa-siswinya. ketika itu, kondisinya sedang
sakit dan terbaring diantara dua pohon sala di kusinagara saat memberikan
wejangan kepada murid-muridnya. Setelah itu, ia parinibbana (versi Buddisme
mahayana, ia wafat pada 486 SM hari ke15, bulan ke2 kalender Lunar. Sedangkan
menurut versi WFB ialah pada bulan Mei 543 SM).[2]
3. Periodesasi Agama Budha
Secara garis besar
periodesasi Budha terbagi menjadi empat periode. Periode pertama berlangsung
dari 500-0SM atau lima ratus tahun pertama. Periode kedua berlangsung dari
0-500M. Periode ketiga berlangsung dari 500-1000M. Dan periode keempat 1000
tahun terakhir.
Agama Budha telah hidup selama lebih
dari 2500 tahun, dan selama itu pula ia telah mengalami perubahan yang besar
dan radikal. Sejarahnya dapat dibagi menjadi empat periode. Periode pertama
adalah periode agama Budha kuno, yang kemudian bertepatan juga dengan apa yang
belakangan dikenal sebagai “Hinayana”. Periode kedua ditandai dengan munculnya
Mahayana. Periode ketiga ditandai dengan munculnya Tantra dan ch’an. Ini
membawa kita ketahun 1000 Masehi. Setelah itu agama Budha tidak memperbaharui
diri lagi, hanya bertahan, dan 1000 tahun terakhir ini sekaligus dapat dianggap
sebagai periode ke empat.[3]
B.
Pakar-Pakar Agamanya
1.
KumaraJiva
(344M-413M)
Kumarajiva (transliterasi dari bahasa china ci-mo-lo-shi) lahir
dari ibu suku Kuchean (cina) dan ayah India. Kumarajiva sejak kecil di Kuci
sudah mendapatkan pengajaran dan pada usia 9 tahun, ia dibawa ibunya ke Kashmir
untuk belajar kitab-kitab dan filsafat agama Budha.
Karya-karya
Kumarajiva membentangkan jaman baru dalam perkembangan agama Budha di Cina.
Dengan pengetahuannya yang mendalam dan luas tentang filsafat, aliran-aliran
agama Budha dan penguasaan bahasa sansekerta mau pun Cina, Kumarajiva memimpin
3000 murid dimana 10 diantaranya adalah penulis-penulis ternama kitab-kitab
agama Budha.
Menjelang kematiannya Kumarajiva dalam pembaringannya memberikan
nasehat yang terkenal kepada murid-muridnya untuk menerima Karya-karyanya dan
bukan mencontoh kehidupannya. Bunga terate dilumpur, demikian Kumarajiva
cintailah teratai itu dan bukan lumpurnya. Kumarajiva dinilai sebagai suatu
simbol hubungan kebudayaan antara India, Asia tengah dna Cina waktu itu.
Beberapa
karya terjemahan yang penting dari Kumarajiva adalah:
a.
Ta-
c-tu-lun (mahaprajnaparamita-sastra)
b.
Pai-lun
(sata-sastra)
c.
Fo-shwoo-o-mi-to-cin
(sukhavatyamrta-vyuha)
d.
Mio-fa-lien-hwa-cin
(saddarmapundarika-sutra)
e.
Mo-ho-pan-jo-lo-mi-cin
(mahaprajnaparamita-sutra)
f.
Cin-kan-pan-jo-po-lo-mi-cin
(majracedka prajna paramita-sutra)
2.
Paramartha
(513-569)
Paramartha
(po-lo-mo-to) sebelumnya adalah seorang sramana dari suatu pendidikan agama
Budha dengan bahasa sansekerta dari Ujjain (barat India) dan juga sering
dipanggil Cen-ti (Cu-na-lo-to) tshin-i atau gunarata.Paramartha meninggalkan
karya terjemahan yang mencakup tujuh puluh judul kitab agama Budha. Karya
–karya Paramartha dihimpun dalam 275
jilid dan beberapa karya yang penting:
a.
Fo-shwo-cie-tsie-cin
(sandinirmochana-sutra)
b.
Cin-kan-pan-jo-lo-min-cin
(vajracchedik prajana paramitha- sutra)
c.
So-ta-shan-lun
(mahayanasamparigraha- sastra)
d.
Kun-pien-fan-fieh-lun
(madhayantavibhaga- sastra)
e.
O-phi-ta-mo-ku-sho-shih-lun
(abhidhidharma- kosa-vyakhyasastra)
f.
So-ta-shan-lun-shih
(mahayanasamparigraha-sastra-vyakhya)
g.
Luh-rh-shi-rh-min-liao-lun
(vinaya-dvaviimsati-prasan-nartha sastra)
h.
Shi-pa-khun-lun
(astadasakasa atau astadasa-sunyata-sastra)
3.
Bodhidharma
(wafat tahun 528 atau 536 M)
Bodhidharma atau Dharmabhodi (tama-hu-thi) riwayat hidupnya masih
belum banyak terungkap ia diketahui meninggalkan India pada tahun 526 M, untuk
pergi ke Cina untuk suatu tujuan khusus, yaitu memperkenalkan sistem
filsafatnya. Bodhidharma diberitakan menolak pembacaan kitab-kitab agama
sehingga penganutnya kurang dapat mengembangkan intelektual melainkan lebih
mengembangkan samadhi. Bodhidharma hanya menerjemahkan sebuah kitab saja dan
kapan hal itu dikerjakan tidak diketahui. Kitab mahaparinirvana-sutra-sastra
diterjemahkan kedalam bahasa Cina oleh tan-pen-nie-phan-cin-lun. Para penerus
Bhodidharma pun juga menjalani kehidupan seperti gurunya yang tidak banyak
bicara. [4]
4.
Balaputradewa
Balaputradewa
adalah seorang raja Sriwijaya yang memerintah sekitatar abad ke 9 atau ke 10
Masehi. Berasal dari keluarga Syailendra, yang berkuasa dipulau jawa mulai
sekitar tahun 750.
5.
Sakyakitri
Sakyakitri
adalah seorang maha guru agama Budha yang ada dikerajaan Sriwijaya. Menurut
kesakasian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi pusat agama Budha. Disana lebih dari
seribu pendeta yang belajar agama. Diperkirakan diSriwijaya sudah berdiri
sebuah perguruan Budha. Perguruan ini mempunyai hubungan yang baik dengan perguruan
Budha yang ada di Nalanda, India.
6.
Kertanegara
Kertanegara
adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit ken Arok.
Kertanegara memerintah tahun 1268-1292. Kertanegara bergelar Maharajadhiraja
sri kartanegara wikrama Dharmottunggadewa. Kertanegara menganut agama Budha
tantrayana.[5]
C.
Hari-Hari Besar Agama Budha
1.
Magha
Puja
Magha puja adalah merupakan salah satu peristiwa yang luar biasa
dibulan magha (Januari-Febriari) pada zaman Budha Gautama disamping banyak lagi
peristiwa lainnya yang luar biasa. Widiyadharma dalam buku riwayat hidup Budha
Gautama hal.66, menyebutkan sebagai berikut:
“ketika
sang Budha berada di kota Rajagaha, (1250) orang Arahat datang berkumpul.
Pertemuan para Arahat tersebut dinamakan caturrangasannipata atau pertemuan
besar yang diberkai dengan 4 faktor, yaitu:
a.
Mereka
berkumpul tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu.
b.
Mereka
semuanya Arahat dan memiliki 6 kekuatan gaib (abhinna).
c.
Semua
ditabiskan dengan memakai ucapan ehi bhikkhu.
d.
Waktu
itu sang Budha membabarkan / mengucapkan ovadapattimokkha.
Tempat
mereka berkumpul adalah di veluvanarama (hutan pohon bambu) dan waktu itu
tengah hari pada saat purnama sidhi di bulan Magha.
2.
Waisak
Waisakha dalam bahasa sansekerta vaisakha sedangkan dalam bahasa
pali vsakha dan dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan waisak merupakan
nama bulan menurut kalender India sedangkan untuk kalender masehi atara bulan
Mei sanpai Juni, bulan tersebut didalam agama Budha sangatlah terkenal karena
didalam bulan itu terjadi peristiwa yang penting dalam kehidupan Budha Gautama
guru agung agama Budha. Dalam bulan waisak tepat bulan purnama terjadi 3
peristiwa penting dalam agamaBudha yaitu:
a.
Siddartha
Gautama lahir
b.
Siddartha
Gautama mencapai penerangan sempurna (menjadi Budha)
c.
Sang
Budha parinibbana (Budha Gautama wafat)
Tradisi
Budis setiap bulan waisak tepat purnama atau bulan penuh maka seluruh umat
Budha memperingati peristiwa sebagai bahan perenungan untuk selalu mengingat
dan mengenang ajaran sang Budha.
3.
Ashada
Ashada adalah bahasa sansekerta sedangkan untuk bahasa pali adalah
Asalha kedua bahasa ini adalah digunakan sebagai bahasa masyarakat pada zaman
kerajaan India, dalam kalende rmasehi antara bulan juni dan juli. Bulan ashada
ini bagi umat Budha juga merupakan bulan yang penting karena pada bulan ini
juga terjadi peristiwa yang sangat penting yaitu mulai diajarkannya ajaran
Budha pertamakali sehingga banyak orang menyebut bulan untuk mendengarkan
ajaran Budha. Sehingga dalam prasasti tersebut menggambarkan setelah mencapai
tujuan mereka bersuka cita dan pada hari purnama penuh himpunan ashada, mereka
memperingti hari ashada dengan mendengarkan kotbah dari para Bikkhu.
4.
Kathina
Kalaun dikaitkan dengan ritual Buddis setelah bulan ashada para
Bikkhu memasuki masa vassa. Masa vassa itu adalah masa musim hujan dimana para
Bikkhu dan Bikkhuni berdiam disuatu tempat untuk meningkatkan suatu kualitas
batinnya dengan banyak meditasi selama tiga bulan dan berkhir pada bulan
kartika atau kalau masehi Oktober . sementara para Bikkhu dan Bikkhuni berdiam
selama 3 bulan para umat awam mempersiapkan diri untuk menyambut bulan kartika
(kathina sering disebut dengan hari kathina/ hari berdana) dengan berdana. Daya
yang dapat dipersembahkan pada waktu hari kathina adalah 4 kebutuhan pokok para
Bikkhu yaitu:
a.
Tempat
tinggal para Bikkhu (kuti) dan vihara.
b.
Makanan
c.
Jubah
(pakaian)
d.
Obat-obatan.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi agama Budha itu bersal dari
India, dan berkembang di India. Di India lebih dulu agama Hindu, kemudian bagu
agama Budha muncul. Awalnya agama Bhuda adalah bukan agama tapi sutu ajaran,
yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu agama. Penctus agama ini adalah
Siddartha Gautama , Budha ke 28. Beliua
adalah dulunya seorang anak raja, akan tetapi beliau lebih memilih menjadi
petapa untuk menemukan pencerahan, dan
pada akhirnya beliau bisa menjadi Budha. Beliau menjadi Budha pada usia 35
tahun, dan setelah menjadi Budha beliau mulai mengajarkan darma. Dan beliau wafat pada umur 80 tahun.
Begitulah sejarah singkat berdirinya agama Budha.
DAFTAR PUSTAKA
Conze
Edward . 2007. Sejarah-Sejarah Singkat Agama . Buddha.Karaniya.
Imron
M. Ali.2015. Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia. . Yogyakarta. IRCiSoD.
Tim
Penyusun. 2003.Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama . Buddha. Jakarta.CV. Dewi Kayana Abadi.
Triroso.
2012.Kebesaran Kerajaan Sriwijaya.Cv. Kencana Megah . Perkasa.
[1] M. Ali Imron, Sejarah
Terlengkap Agama-Agama Di Dunia,( Yogyakarta, IRCiSoD, 2015), hlm. 117-118.
[3] Edward Conze, Sejarah-Sejarah
Singkat Agama Buddha,(Karaniya,2007),hlm.1-2.
[4] Tim Penyusun, Materi Kuliah
Sejarah Perkembangan Agama Buddha,(Jakarta,CV. Dewi Kayana
Abadi,2003),hlm.86-91.
[6] Triroso,Kebesaran Kerajaan
Sriwijaya,(Cv. Kencana Megah Perkasa,2012),hal.34-44.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar