Kamis, 20 April 2017

UTS Perbandingan Agama (AGAMA ISLAM, SEJARAH DAN PAKAR-PAKARNYA)



AGAMA ISLAM, SEJARAH DAN PAKAR-PAKARNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah
Perbandingan Agama
Dosen pengampu:Imamul Huda, M.Pd.I





Oleh:
Mariatus Sholehah Indriyani          (23010-15-0123)
Ahmad Faqihuddin Siroj                (23010-15-0138)
Maulina Vitria Ulfa                        (23010-15-0189)


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama secara etimologi yakni berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yakni “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, berarti tidak kacau. Kemudian kata agama dalam bahasa arab yakni “diin” yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, atau kebiasaan. Berbicara tentang agama pada saat ini penulis akan membahas tentang agama islam beserta dengan sejarahnya. Islam merupakan salah satu Agama terbesar di Dunia pada saat ini. Bermula dari kawasan Saudi Arabia, yaitu pada dua kota utama yakni kota Mekkah tempat Rasulullah dilahirkan dan di Madinah tempat pusat perkembangan islam pada awal masa munculnya agama islam. Di kota Madinah inilah terjadinya integrasi sosio-religius antara kaum Muhajirin (pendatang) dan kaum Anshor (penduduk madinah). Mereka dipersatukan Rasulullah berdasarkan konsep persaudaraan yang berdasarkan asas islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi dari kata Islam?
2.      Bagaimana sejarah lahirnya Islam?
3.      Siapa saja pakar-pakar dari agama Islam?

C.     Tujuan
1.      Untuk memahami definisi dari Islam.
2.      Untuk mengetahui sejarah lahirnya Islam.
3.      Untuk mengetahui pakar-pakar dari agama Islam.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Agama Islam
Agama islam merupakan agama Monoteis dan salah satu dari agama Abrahamik. Kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu aslama-yuslimu-islaman, yang secara kebahasaan diartikan “menyelamatkan”. Islam atau islaman merupakan mashdar atau kata benda dari kata kerja aslama yang bermkana “telah menyelamatkan”. Jadi, islam bisa diartiaan penerimaan dari penyerahan diri sepen uhnya kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari kemusyrikan.
Dengan jumlah penganut lebih dari satu seperempat miliar orang diseluruh dunia, Islam merupakan agama terbesar kedua di Dunia setelah Agama Kristen. Pengikut agama Islam dikenal dengan sebutan muslim, yang berarti “orang yang tunduk kepada Tuhan”. Agama ini mengajarkan bahwa Allah SWT. Menurunkan firman-Nya kepada seorang manusia terpilih yang menjadi Nabi dan Rasul utusan-Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW.[1] Nabi Muhammad sebagai pembawa ajaran Agama Islam. Beliau lahir ditengah terpuruknya nilai-nilai dan norma masyarakat Arab. Pada saat kelahiran beliau, kota Makkah diserang oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah bin ash-Shabbah al-Hasbasyi dari Yaman. Itulah sebabnya tahun kelahiran beliau disebut Tahun Gajah. Meskipun Nabi Muhammad SAW. Dilahirkan dari keluarga terpandang dan terhormat di Makkah, ayah ibu beliau adalah orang miskin. Ayahnya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Menurut catatan sejarah, anak-anak Hasyim ini merupakan keluarga yang berkedudukan sebagai penyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji yang dikenal dengan Siqayah al-Hajj. Ketika Muhammad masih berada didalam kandungan, ayahnya meninggal dunia. Jadi, beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Beliau pertama kali disusui oleh ibunya, Aminah, lalu oleh Tsuwaibatul Aslamiyah, tetapi hanya beberapa hari. Setelah itu, beliau dipercayakan kepada Halimah Sa’idiyyah dari suku Bani Sa’ad untuk diasuh dan dibesarkan.[2]
B.     Sejarah Lahirnya Agama Islam
Sejarah lahirnya agama Islam tidak dapat dilepaskan dari masa sebelum Islam, Khususnya kawasan Jazirah Arab, karena Agama ini diturunkan dikawasan tersebut. Sebelum kedatangan islam, penduduk tersebut dikenal dengan kaum Jahiliah. Akan tetapi, predikat yang disandang oleh mereka ini bukan berarti mereka tidak mengenal peradaban dan tidak memiliki ilmu pengetahuan. Dalam realitas yang sesungguhnya, justru saat itu, satra dan syair berkembang sangat pesat dikawasan mereka. Setiap tahun diadakan festival-festival pembacaan puisi dan syair, ini membuktikan bahwa mereka sudah pandai baca tulis. Selain itu mereka juga mampu membuat tata kota dan niaga yang sangat baik. Seperti jalur dagang khalifah ke Negeri Syams, Thaif dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa mereka bukanlah orang-orang bodoh dan tidak berpengetahuan dalam soal Sains dan Tekhnologi.
Menurut P.K Hitti dalam bukunya History of the Arabic, makna jahiliah yang disematkab pada bangsa Arab bukan berarti bodoh dalam segi ilmu pengetahuan melainkan bodoh dalam ilmu Agama karena pada zaman Nabi Muhammad SAW. datang, tidak ada Nabi dan Kitab Suci yang dijadikan sebagai panduan hidup. Mereka terbelakang secara moral, sehingga tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemanusiaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudisn, serta membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Pada waktu itu, masyarakat arab terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk kota (hadhary) dan penduduk gurun (Badui). Penduduk kota bertempat tinggal tetap. Mereka telah mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan cara perdagangan. Bahkan hubungan perdagangan mereka sampai keluar Negeri. Sedangkan masyarakat badui, hidupnya nomaden guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka. Diantara kebiasaan mereka adalah mengendarai Unta, menggembala domba dan keledai, berburu dan menyerang musuh.
Sementara itu kepercayaan dan agama yang dianut oleh masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ialah paganisme, Yahudi, dan Kristen. Namun, sebagian besar dari mereka adalah  menyembah berhala. Bahkan pada saat itu Ka’Bah dikelilingi dengan berbagai berhala. Mereka telah meletakkan berhala disekitar ka’bah sebanyak 360 berhala. Orang-orang dari semua penjuru jazirah datang berziarah ketempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara ibadahnya sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa paganisme sudah berumur ribuan tahun. Sejak berabad-abad penyembahan patung berhala tetap tidak terusik, baik pada masa kehadiran pemukiman Yahudi maupun upaya-upaya Kristenisasi yang muncul di Syiria dan Mesir. Berikut adalah nama-nama berhala yang disembah oleh orang Arab pada zaman Jahiliah :
1.      Hubal. Berhala yang dianggap sebagai Dewa Bulan ini dibawa oleh Amr bin Luhay dari Ma’arib (Moab), suatu daerah di Balqa’.
2.      Latta. Berhala ini berupa batu yang dipahat dan dibangun sebuah rumah diatasnya.
3.      Uzza. Berhala ini merupakan pohon dari Sallam di lembah Nakhlah yang terletak diantara Makkah dan Thaif.
4.      Manat. Berhala ini berupa batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudayd diantara Makkah dan Madinah.
Selain ketiga kepercayaan tersebut yang dianut oleh masyarakat Arab juga Kepercayaan Hanifiyah,[3] yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibhrahim yang murni dan tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhala, serta tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui Keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar disisi Allah adalah hanifiyah sebagai aktualisasi millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar keberbagai penjuru Jazirah Arab, khususnya ditiga wilayah Hijaz, yaitu Yastrib, Thaif, dan Makkah.
Di tengah dekadensi moral yang dihadapi oleh masyarakat Arab tersebeut, Allah SWT. Menurunkan wahyu kepada seorang pria bernama Muhammad agar menyeru dan mengajak mereka ke jalan kebenaran. Tepat pada tanggal 17 Ramadhan 11 SH/6 Agustus 611 M, Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT. Kepada Muhammad. Dengan turunya wahyu pertama itu, Muhammad dipilih Allah SWT. Sebagai Rasul dengan mengajak seluruh uat manusia berada dijalan Allah. Adapun wahyu pertama itu ialah sebagai berikut:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq 96: 1-5).
Dengan turunnya wahyu tersebut, dimulailah ajaran agama Islam. Pada mulanya, Nabi Muhamad SAW., mengajarkan Agama Islam kepada istrinya, Siti Khadijah untuk beriman kepada Allah, kemudian diikuti oleh keponakannya, yaitu Ali bin Abi Thalib yang saat itu baru berusia 10 tahun, serta Zaid bin Haritsah (pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatny). Kemudian, beliau mengajak sahabat karibnya untuk beriman kepada Allah SWT., yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq.
Secara perlahan-lahan, risalah Islam mulai diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqas dan lain sebagainya. Mereka ini disebut dengan assabiquna al-awwalu (orang-orang yang pertama masuk islam).[4] Setelah beberapa lama melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad SAW. Mendapat perintah dari Allah SWT. Untuk menyebarkan Islam secara terbuka atau terang-terangan. Pada awalnya, beliau mengundang dan menyeru pada kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tetapi mereka semua menolak. Kemudian mengajak masyarakat Arab agar mengikuti Ajarannya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Rasulullah untuk mengislamkan masyarakat Arab tidak berjalan mudah. Hal itu dikarenakan masih kuatnya keyakinan dan tradisi yang dianut oleh penduduk saat itu, sehingga sulit bagi mereka meninggalkan penyembahan berhala. Bahkan ajaran beliau ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy. Banyak alasan mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut. Salah satunya adalah keyakinan mereka yang telah lama mengakar sejak nenek moyang mereka. Akibat penolakan berbagai penolakan tersebut, perlakuan tidak menyenangkan mulai didapatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada awal dakwahnya secara terang-terangan. Namun, beliau tetap tegar dan tabah menghadapi semua perlakuan buruk dari orang-orang Quraisy itu. Saat itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah beliau. Karena pengikut nabi semakin bertambah banyak, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada nabi maupun kepada para pengikut beliau.
Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy agar Nabi Muhammad SAW., menghentikan dakwahnya. Saat itu, mereka belum berani melukai Nabi karena beliau mendapat perlindungan dari pamannya. Yaitu Abu Thalib yang sangat disegani di kalangan masyarakat Quraisy. Sementara, para pengikut Nabi yang termasukdari kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum Quraisy. Kebencian kaum Quraisy terhadap Nabi semakin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang ditimpakan kepada beliau, melainkan juga rencana pembunuhan yang disusun oleh Abu sufyan. Kegagalan mereka menghentikan dakwah Nabi dikarenakan beliau dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib, keluarga yang cukup dihormati pada saat itu. Menyadari hal itu, kaum Quraisy memboikot kedua keluarga terbesar tersebut. Belum sembuh kepedihan yang dirasakan oleh Muhammad SAW. Abu Thalib dan Siti Khadijah meninggal dunia. Oleh karena itu, tahun ini disebut dengan ‘amul huzni (tahun kesedihan).
Pada saat menghadapi ujian berat tersebut, Nabi Muhammad SAW. Mendapatkan perintah dari Allah SWT. Untuk melakukan perjalanan dari Masjidil al-Haram di Makkah menuju Baitul Maqdis di Palestina, kemudian ke Sidaratul Muntaha. Dalam perjalanan yang kemudian dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj ini, beliau menerima syariat untuk mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Peritiwa isra’ dan mi’raj disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Kepada kaum muslimin. Bagi kaum kafir Quraisy peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok beliau, bahkan menuduhnya sbagai manusia yang berotak tidak waras.[5] Setelah peristiwa tersebut Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama setelah kedatangan penduduk Yastrib (Madinah) yang berhaji ke Makkah. Mereka terdiri atas suku Aus dan Khazraj, kemudian menyatakan memeluk Islam. Atas nama penduduk Yastrib, mereka juga meminta Nabi Muhammad SAW. Berkenan pindah ke Yastrib. Mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW. Dari berbagai ancaman. Beliau pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian Aqabah. Kemudian, beliau bersama pengikutnya hijrah ke Yastrib secara bertahap. Setelah beberapa tahun memimpin umat Islam di Madinah, pada tahun 10 H, Nabi Muhammad Menunaikan ibadah Haji terakhir (Haji Wada’) bersama sekitar 100.000 pengikutnya. Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji tersebut beliau menderita sakit. Lalu pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H/8 Juni 632 M, beliau wafat dan dimakamkan di Masjid Nabawi. Setelah Nabi wafat kepemimpinan digantikan oleh empat khalifah yang masa kepemimpinanya berlangsung secara berurutan dan atas dasar persetujuan masyarakat Arab.[6] Setelah masa para Khulaur Rasyidin berakhir kemudian digantikan berturut-turut oleh Bani Umayah, Bani Abbasiyah dan kesultanan Utsmaniah serta kekhalifahan kecil yang berhasil masuk meluaskan kekuasaanya sampai ke Andalusia (Spanyol), Afrika Utara, dan Mesir. Era keemasan kekhalifahan tersebut mencapai puncaknya pada masa Harun ar-Rasyid yaitu khalifah kelima Dinasti Abbasiyah yang dilanjutkan khalifah oleh putranya Ma’mun ar-Rasyid. Saat itu, Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Beberapa bukti kejayaan itu, antara lain kekhalifahan Islam berhasil mewujudkan keamanan, kedamaian, serta kesejahteraan rakyat. Sejak dipimpin beberapa dinasti tersebut, Islam menyebar hingga kedaerah Spanyol di sebelah barat sampai ke Filipina disebelah timur dan Afrika Tengah di sebelah selatan sampai Danau Aral di sebelah Utara.[7]
C.     Kitab Suci Agama Islam
Kitab Suci agama Islam adalah Al-Qur’an. Bagi umat muslim kitab suci ini merupakan Firman Allah SWT. Yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan Mukjizat Muhammad SAW. Yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya, terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagian hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Pertama kali, kitab suci Al-Qur’an ini diturunkan ketika Muhammad SAW. sedang bertafakkur di Gua Hira. Adapun wahyu yang diterima oleh Muhammad Saw. Adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 saat beliau berumur 40 tahun. Sedangkan wahyu terakhir adalah surat al-Ma’idah ayat 3. Wahyu terakhir diturunkan pada hari Jum’at 9 Dzulhijjah 10H/16  M di Arafah ketika Muhammad Saw. Berusia 63 tahun dan sedang melaksanakan Haji Wada’ .
Kitab suci Al-Qur’an terdiri atas 114 surat, dengan surat terpanjang atas 286 ayat, yaitu surat Al-Baqarah dan terpendek 3 ayat yakni surat al-‘Ashr, al-Kautsar, dan An-Nashr. Dari ke 114 surat itu terdapat 6.236 ayat, namun sebagian ulama berpendapat ada 6.666 ayat. Di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat surah Makkiyah adalah surat yang turunnya di Makkah dan surat Madaniyah adalah surat yang turun di Kota Madinah. Adapun ciri-ciri surat makkiyah ialah sebagai berikut:
1.      Mengesakan Allah.
2.      Mengajak ke khittah Islam.
3.      Banyak menyebutkan tentang Hari Kiamat.
4.      Memuat kisah-kisah tentang para Nabi terdahulu, terkecuali surat Al-Baqarah.
5.      Surat-surat makkiyah mencapai dua per tiga Mushaf al-Qur’an.
6.      Biasanya ayatnya pendek-pendek.
7.      Terdapat lafal kalla.
8.      Terdapat seruan ayyuhannas dan tidak terdapat yaa ayyuhalladzinaamannuu, terkecuali dalam surat al-Hajj yang di akhirnya terdapat yaa ayyuhal ladziina aamannuu irka’uu wasjuduu. Surat-surat yang dikecualikan ialah surat Al-Baqarah (ayat 21-nya diawali dengan yaa ayyuhannaas ayat 168) dan surat an-Nisaa’ ayat 33.
9.      Terdapat kisah Adam dan Idris, terkecuali surat al-Baqarah.
10.  Mengandung ayat Sajadah.
11.  Surat-suratnya dimulai dengan huruf at-Tahajji, terkecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran.
Sedangkan, ciri-ciri surat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.      Pada umumnya ayat-ayatnya panjang.
2.      Menjelaskan hukum-hukum waris.
3.      Pembatasan atau peraturan pada agama.
4.      Hak-hak yang diperoleh oleh kaum muslim.
5.      Terdapat izin berperang atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
6.      Menjelaskan tentang jihad fi sabilillah.
7.      Terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, faraid hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
8.      Didalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di Makkah.
9.      Di dalamnya didebat para ahli Kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam agama.
Karena diturunkan secara bertahap, maka kitab al-Qur’an tidak langsung berbentuk kitab yang utuh. Oleh karena itu, dilakukan pengumpulan terhadap ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad Saw., bahkan sejak awal-awal diwahyukan. Untuk menjaga kemurnian kitab suci al-Qur’an, malaikat Jibril datang setiap tahun kepada Nabi Muhammad Saw., untuk memeriksa bacaanya. Malaikat Jibril juga mengontrol bacaan beliau dengan cara memintanya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian, beliau melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan para sahabat.
Dari seluruh surat di dalam al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah Swt., kepada Nabi Muhammad., dalam kurun waktu 23 tahun tersebut terdapat beberapa kandungan yang terbagi menjadi beberapa hal pengertian dari masing-masing kandungan. Adapun kandungannya adalah sebagai berikut:
1.      Akidah, ilmu yang mengajarkan manusia mengenal kepercayaan yang wajib diyakini oleh setiap orang. Didalam kitab suci al-Qur’an diajarkan akidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan terhadap kemahaesaan Allah Swt.
2.      Ibadah, yaitu segala bentuk ketaatan yang wajib dijalankan atau dikerjakan oleh seluruh umat Islam agar mendapatkan ridla Allah Swt.
3.      Akhlak, yaitu perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik terpuji atau tercela.
4.      Huku-hukum, yakni perintah kepada seluruh umat Islam yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman pada sesama manusia yang terbukti bersalah.
5.      Tadzkir, yaitu sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia terhadap adanya ancaman Allah Swt.
6.      Sejarah atau kisah, yaitu cerita mengenai orang-orang yang terdahulu, baik yang mendapatkan kejayaan karena taat kepada Allah Swt. Maupun yang mengalami kebinasaan akibat tidak durhaka kepada perintah-Nya.
7.      Dorongan untuk berpikir, di dalam al-Qur’an banyak ayat yang mengulas suatu kebahasan yang memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
Selain meyakini kitab suci al-Qur’an sebagai sumber dan pedoman hidup, umat Islam juga memegang teguh ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw. yang tertuang dalam Hadits. Menurut ulama, hadits ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat jasmani maupun sifat akhlak, dan perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi.
D.    Sistem kepercayaan Agama Islam
Kerangkan dasar ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. bersifat multidimesional, universal, abadi, dan suci. Dikatakan multidimensional karena ajarannya mencakup dimensi-dimensi yang menyangkut hubungan manusia dengan pencipta-Nya (hablum minallah) dan hubungan dengan dirinya, sesamanya, maupun dengan makhluk lainnya (hablum minannas). Berikut adalah pokok-poko ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad :
1.      Aspek Akidah (keimanan)
Aspek keimanan disebut dengan akidah karena merupakan unsur yang paling utama dan paling penting dalam ajaran Islam. Aspek akidah ini meliputi :
a.       Beriman kepada Allah Swt.
b.      Beriman kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul.
c.       Beriman kepada Malaikat-Malaikat.
d.      Beriman kepada Kitab-Kitab.
e.       Beriman kepada Hari Akhir.
f.       Beriman kepada Qadha’ dan Qadhar.
2.      Aspek Ibadah (Islam)
Didalam ajaran Islam, ibadah yang harus dilaksanakan terangkum dalam rukun Islam. Pokok-pokok keislaman ini ada lima, yakni:
a.       Mengucapkan dua kalimat syahadat.
b.      Mendirikan shalat.
c.       Berpuasa.
d.      Mengeluarkan zakat.
e.       Menunaikan ibadah haji.
3.      Ihsan (Etika)
Aspek ihsan menjadi puncak ibadah yang sangat penting yang menjadi tujuan utama seluruh hamba Allah Swt., sebab, ihsan akan menjadikan manusia sebagai sosok yang mendapatkan kemuliaan dari Allah Swt.
E.     Pakar-pakar atau Ilmuan Agama Islam
1.      Abbas Mahmud Aqqad, adalah seorang tokoh gerakan pembaharuan di Mesir.
2.      Abu Abdullah Al-Idris, beliau adalah tokoh sejarawan dan Ilmuwan Genetika Arab.
3.      Abu Ali Al-Khaiyat, seorang Astronom paling terkenal dalam sejarah Islam. Beliau dikenal dengan nama Al-Bohali.
4.      Abu Alaa Al-Maarri, merupakan tokoh sejarawan dan pakar agama.
5.      Abu Bakar Al Karakhi, beliau adalah pakar matematika yang berasal dari Baghdad.
6.      Abu Hanifah Nukman, pakar Fiqh Islam yang terkemuka, beliau merupakan pendiri madzab Hanafi di Irak.
7.      Abu Bakar Ar-Razi, merupakan seorang dokter dan filsuf islam.
8.      Abu Hamid Al-Gazali, seorang penulis buku Ihya Ulumuddin, yang dijuluki An-Hujjatul Islam.
9.      Abu Raihan al-Bairuni, orang pertama yang berpendapat bahwa bumi berputar pada porosnya.
10.  Badiuz Zaman, seorang pujangga Arab.
11.  Battani, seorang Ilmuwan Hadits.
12.  Bukhari, merupakam seorang ilmuwan hadits.
13.  Darruquthni, seorang ahli hadist, pakar tata bahasa dan ilmuwan qiraat.
14.  Ibnu Baithar, seorang pakar tumbuh-tumbuhan.
15.  Ibnu Hauqal. Seorang ahli geografi.
F.      Kedudukan Islam Diantara Agama-Agama di Dunia
             Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir, melainkan agama yang melingkupi segalanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.[8]Mengenai posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni:
            Pertama, dapat dilihat dari ciri khas agama Islam yang paling menonjol, yaitu bahwa Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah Ta’ala. Salah satu rukun Iman ialah bahwa seseorang harus beriman kepada sekalian Nabi yang di utus sebelum Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun Iman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 136 dijelaskan yang artinya: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isnail, Ishaq, Ya’qub dan anak-cucunya serta apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka, dan kami tak membeda-bedakan salah satu di antara mereka.”
             Berdasarkan ayat tersebut terlihat jelas bahwa posisi Islam di antara agama-agama lainnya dari sudut keyakinan adalah agama yang meyakini dan mempercayai agama yang di bawa oleh para Rasul sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukan saja beriman kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan beriman pula kepada semua Nabi.[9]
             Kedua, posisi Islam di antara agama-agama di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa di antara sekalian agama. Selain menjadi agama yang terakhir, dan yang meliputi semuanya, Islam adalah pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. Dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi “Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepadamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama.”
             Sebagaimana halnya bentuk-bentuk kesadaran yang lain, kesadaran beragama bagi manusia sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dari abad ke abad mengalami kemajuan. Demikian pula wahyu tentang Kebenaran agung yang diturunkan dari langit juga mengalami kemajuan, dan ini mencapai titik kesempurnaan dalam Islam. Kebenaran agung inilah yang diisyaratkan oleh Yesus dalam sabdanya: Banyak lagi perkara yang aku hendak katakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada kamu dapat menanggung dia. Akan tetapi Ia sudah datang, yaitu Roh Kebenaran, maka Ia pun akan membawamu kepada segala kebenaran.
             Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainnya dapat dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu:
1.      Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama-agama di dunia.
2.      Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya.
3.      Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan kedalam agamanya itu.
4.      Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam taraf permulaan dari tingkat perkembangan mereka, dan yang terakhir adalah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selal bergerak maju.     
  Keempat, posisi Islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya,. Dengan datangnya Islam, agama memperoleh arti yang baru. Ada dua hal mengenai hal ini, yaitu:
1.      Agama tak boleh dianggap sebagai digma yang orang harus menerimanya, jika ia ingin selamat dari siksaan yang kekal.
2.      Ruang lingkup agama itu tak terbatas pada kehidupan akhirat saja melainkan juga mencakup kehidupan dunia. Dengan kehidupan dunia yang baik, manusia dapat mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi.
             Kelima, posisi agama terhadap agama-agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif. Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru didalamnya. Dan Islam terhadap agama lainnya adalah bersikap persuasif, yaitu dari satu segi Islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi lain Islam mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat.
             Keenam, hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlak yang mulia yang ada didalamnya. Contoh ajaran moral dalam agama yaitu ajaran tentang pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya tindakan kejahatan. Ajaran tentang pengendalian diri dapat pula dijumpai dalam ajaran Yahudi yang di bawa oleh Nabi Musa. Dalam agama Yahudi terdapat perintah Tuhan yang meliputi :
1.      Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2.      Larangan menyekutukan Tuhan dengan apa saja dan dimana saja
3.      Larangan menyebut nama Tuhan dengan kata-kata yang dapat menyia-nyiakan-Nya
4.      Memuliakan hari pemberhentian Tuhan dan menciptakan yaitu hari Sabbat
5.      Menghormati ayah dan ibu
6.      Larangan membunuh sesama manusia
7.      Larangan berbuat zina
8.      Larangan mencuri
9.      Larangan menjadi saksi palsu, dan
10.  Menahan dorongan hawa nafsu/keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan menjadi miliknya.
             Ajaran tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan (hedonisme) yang diikuti oleh keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan dalam makhluk lainnya dapat dijumpai pula dalam ajaran Islam yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
             Al-Qur’an mengingatkan kepada penganutnya agar jangan memperturutkan hawa nafsu, karena mereka yang mengikuti hawa nafsunya akan mudah terjerumus kedalam kehidupan yang menyengsarakan. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-An’am ayat 6 yang berbunyi : “Katakanlah sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah. Katakanlah : ‘Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah pula termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
             Ajaran sepuluh firman Tuhan sebagaimana yang terdapat dalam agama Yahudi yang di bawa oleh Nabi Musa juga dapat dijumpai dalam ajaran Islam sebagaimana termuat dalam surat Al-Isra’ (17) ayat 23-37, yaitu :
1.      Diperintahkan agar beribadah hanya kepada Allah semata.
2.      Diperintahkan agar menghormati kedua orangtua dengan cara mengasihaninya pada saat kedua orangtua tersebut sudah lanjut usia, merendahkan hati,  tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitinya melainkan dengan ucapan yang mulia dan menyenangkan, serta senantiasa memanjatkan doa untuk keduanya.
3.      Memberikan bantuan kepada karib-kerabat, orang miskin dan ibnu sabil.
4.      Dilarang menghambur-hamburkan harta benda tanpa tujuan (mubadzir).
6.      Dilarang membunuh anak kandung sendiri yang disebabkan karena takut miskin.
7.      Dilarang membunuh orang lain kecuali ada alasan yang membolehkannya.
8.      Dilarang memakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dianggap baik dan menyerahkan harta tersebut kepada mereka menjelang dewasa.
9.      Diperintahkan agar menyempurnakaan timbangan dan takaran.[10]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Agama islam merupakan agama Monoteis dan salah satu dari agama Abrahamik. Kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu aslama-yuslimu-islaman, yang secara kebahasaan diartikan “menyelamatkan”. Islam atau islaman merupakan mashdar atau kata benda dari kata kerja aslama yang bermkana “telah menyelamatkan”. Jadi, islam bisa diartiaan penerimaan dari penyerahan diri sepen uhnya kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari kemusyrikan.
            Sejarah lahirnya agama Islam tidak dapat dilepaskan dari masa sebelum Islam, Khususnya kawasan Jazirah Arab, karena Agama ini diturunkan dikawasan tersebut. Sebelum kedatangan islam, penduduk tersebut dikenal dengan kaum Jahiliah. Akan tetapi, predikat yang disandang oleh mereka ini bukan berarti mereka tidak mengenal peradaban dan tidak memiliki ilmu pengetahuan. Di tengah dekadensi moral yang dihadapi oleh masyarakat Arab tersebeut, Allah SWT. Menurunkan wahyu kepada seorang pria bernama Muhammad agar menyeru dan mengajak mereka ke jalan kebenaran. Tepat pada tanggal 17 Ramadhan 11 SH/6 Agustus 611 M, Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT.
            Sedangkan para Pakar agama Islam yakni, : Abbas Mahmud Aqqad, Abu Abdullah Al-Idris, Abu Ali Al-Khaiyat, Abu Alaa Al-Maarri, Abu Bakar Al Karakhi, Abu Hanifah Nukman, Abu Bakar Ar-Razi, Abu Hamid Al-Gazali,Abu Raihan al-Bairuni, Badiuz Zaman, Battani, Bukhari, Darruquthni, t.Ibnu Baithar, Ibnu Hauqal.



DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. (2002). Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Fak.Adab.
al-Azizi, Abdul Syukur. (2014).Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Yogyakarta: Saufa.
Hassan, Hassan Ibrahim. (2006). Sejarah  Dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Imron, M. Ali. (2015). Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, Yogyakarta: IRCiSod.
Nasruddin. (1973). Dienul Islam, Bandung: PT Ma’arif.
Nasution, Harun. (2008).Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jakarta: UII-Press.
Qadir, Koko Abdul. (2014). Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Ramadhan al-Buthy, Muhammad Sa’id. (2006).Sirah Nabawiyah, Jakarta: Robbani Press.
Sunanto, Musyrifah. (2007). Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Kencana.



[1]M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSod, 2015), hlm. 427.
[2]Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah  Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 137.
[3]Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2006), hlm. 21.
[4]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 13.
[5]Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Fak.Adab, 2002), hlm. 32.
[6]Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Saufa, 2014), hlm.15.
[7]Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UII-Press, 2008), hlm. 50.
[8]Nasruddin, Dienul Islam, (Bandung: PT Ma’arif, 1973), hlm. 80.
[9]Koko Abdul Qadir, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014),hlm. 204.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dosen Pe...