AGAMA ISLAM,
SEJARAH DAN PAKAR-PAKARNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah
Perbandingan
Agama
Dosen pengampu:Imamul Huda, M.Pd.I
Oleh:
Mariatus Sholehah Indriyani (23010-15-0123)
Ahmad Faqihuddin Siroj (23010-15-0138)
Maulina Vitria Ulfa (23010-15-0189)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Agama secara etimologi yakni berasal
dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yakni “a” berarti tidak
dan “gama” berarti kacau, berarti tidak kacau. Kemudian kata agama dalam bahasa
arab yakni “diin” yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang,
balasan, atau kebiasaan. Berbicara tentang agama pada saat ini penulis akan membahas
tentang agama islam beserta dengan sejarahnya. Islam merupakan salah satu Agama
terbesar di Dunia pada saat ini. Bermula dari kawasan Saudi Arabia, yaitu pada
dua kota utama yakni kota Mekkah tempat Rasulullah dilahirkan dan di Madinah
tempat pusat perkembangan islam pada awal masa munculnya agama islam. Di kota
Madinah inilah terjadinya integrasi sosio-religius antara kaum Muhajirin
(pendatang) dan kaum Anshor (penduduk madinah). Mereka dipersatukan Rasulullah
berdasarkan konsep persaudaraan yang berdasarkan asas islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
Definisi dari kata Islam?
2.
Bagaimana
sejarah lahirnya Islam?
3.
Siapa
saja pakar-pakar dari agama Islam?
C.
Tujuan
1.
Untuk
memahami definisi dari Islam.
2.
Untuk
mengetahui sejarah lahirnya Islam.
3.
Untuk
mengetahui pakar-pakar dari agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Agama Islam
Agama islam
merupakan agama Monoteis dan salah satu dari agama Abrahamik. Kata Islam
berasal dari bahasa Arab, yaitu aslama-yuslimu-islaman,
yang secara kebahasaan diartikan “menyelamatkan”. Islam atau islaman merupakan
mashdar atau kata benda dari kata kerja aslama yang bermkana “telah
menyelamatkan”. Jadi, islam bisa diartiaan penerimaan dari penyerahan diri
sepen uhnya kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan
menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari kemusyrikan.
Dengan jumlah
penganut lebih dari satu seperempat miliar orang diseluruh dunia, Islam
merupakan agama terbesar kedua di Dunia setelah Agama Kristen. Pengikut agama
Islam dikenal dengan sebutan muslim, yang berarti “orang yang tunduk kepada
Tuhan”. Agama ini mengajarkan bahwa Allah SWT. Menurunkan firman-Nya kepada
seorang manusia terpilih yang menjadi Nabi dan Rasul utusan-Nya yang terakhir
yakni Nabi Muhammad SAW.[1]
Nabi Muhammad sebagai pembawa ajaran Agama Islam. Beliau lahir ditengah
terpuruknya nilai-nilai dan norma masyarakat Arab. Pada saat kelahiran beliau,
kota Makkah diserang oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah bin
ash-Shabbah al-Hasbasyi dari Yaman. Itulah sebabnya tahun kelahiran beliau
disebut Tahun Gajah. Meskipun Nabi Muhammad SAW. Dilahirkan dari keluarga
terpandang dan terhormat di Makkah, ayah ibu beliau adalah orang miskin.
Ayahnya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay
bin Kilab. Menurut catatan sejarah, anak-anak Hasyim ini merupakan keluarga
yang berkedudukan sebagai penyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji
yang dikenal dengan Siqayah al-Hajj. Ketika Muhammad masih berada
didalam kandungan, ayahnya meninggal dunia. Jadi, beliau dilahirkan dalam
keadaan yatim. Beliau pertama kali disusui oleh ibunya, Aminah, lalu oleh
Tsuwaibatul Aslamiyah, tetapi hanya beberapa hari. Setelah itu, beliau
dipercayakan kepada Halimah Sa’idiyyah dari suku Bani Sa’ad untuk diasuh dan dibesarkan.[2]
B.
Sejarah
Lahirnya Agama Islam
Sejarah lahirnya agama Islam tidak
dapat dilepaskan dari masa sebelum Islam, Khususnya kawasan Jazirah Arab,
karena Agama ini diturunkan dikawasan tersebut. Sebelum kedatangan islam,
penduduk tersebut dikenal dengan kaum Jahiliah. Akan tetapi, predikat yang
disandang oleh mereka ini bukan berarti mereka tidak mengenal peradaban dan
tidak memiliki ilmu pengetahuan. Dalam realitas yang sesungguhnya, justru saat
itu, satra dan syair berkembang sangat pesat dikawasan mereka. Setiap tahun
diadakan festival-festival pembacaan puisi dan syair, ini membuktikan bahwa
mereka sudah pandai baca tulis. Selain itu mereka juga mampu membuat tata kota
dan niaga yang sangat baik. Seperti jalur dagang khalifah ke Negeri Syams,
Thaif dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa mereka bukanlah
orang-orang bodoh dan tidak berpengetahuan dalam soal Sains dan Tekhnologi.
Menurut P.K Hitti dalam bukunya
History of the Arabic, makna jahiliah yang disematkab pada bangsa Arab bukan
berarti bodoh dalam segi ilmu pengetahuan melainkan bodoh dalam ilmu Agama
karena pada zaman Nabi Muhammad SAW. datang, tidak ada Nabi dan Kitab Suci yang
dijadikan sebagai panduan hidup. Mereka terbelakang secara moral, sehingga
tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih
kemanusiaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudisn, serta membangkitkan
peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Pada waktu itu, masyarakat arab
terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk kota (hadhary) dan
penduduk gurun (Badui). Penduduk kota bertempat tinggal tetap. Mereka
telah mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan cara perdagangan. Bahkan
hubungan perdagangan mereka sampai keluar Negeri. Sedangkan masyarakat badui,
hidupnya nomaden guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan
mereka. Diantara kebiasaan mereka adalah mengendarai Unta, menggembala domba
dan keledai, berburu dan menyerang musuh.
Sementara itu kepercayaan dan agama
yang dianut oleh masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ialah paganisme,
Yahudi, dan Kristen. Namun, sebagian besar dari mereka adalah menyembah berhala. Bahkan pada saat itu
Ka’Bah dikelilingi dengan berbagai berhala. Mereka telah meletakkan berhala
disekitar ka’bah sebanyak 360 berhala. Orang-orang dari semua penjuru jazirah
datang berziarah ketempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara ibadahnya
sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa paganisme sudah berumur ribuan tahun.
Sejak berabad-abad penyembahan patung berhala tetap tidak terusik, baik pada masa
kehadiran pemukiman Yahudi maupun upaya-upaya Kristenisasi yang muncul di
Syiria dan Mesir. Berikut adalah nama-nama berhala yang disembah oleh orang
Arab pada zaman Jahiliah :
1.
Hubal.
Berhala yang dianggap sebagai Dewa Bulan ini dibawa oleh Amr bin Luhay dari
Ma’arib (Moab), suatu daerah di Balqa’.
2.
Latta.
Berhala ini berupa batu yang dipahat dan dibangun sebuah rumah diatasnya.
3.
Uzza.
Berhala ini merupakan pohon dari Sallam di lembah Nakhlah yang terletak
diantara Makkah dan Thaif.
4.
Manat.
Berhala ini berupa batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudayd diantara
Makkah dan Madinah.
Selain ketiga
kepercayaan tersebut yang dianut oleh masyarakat Arab juga Kepercayaan Hanifiyah,[3]
yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibhrahim yang murni dan tidak terkontaminasi
oleh nafsu penyembahan berhala-berhala, serta tidak menganut agama Yahudi
ataupun Kristen, tetapi mengakui Keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama
yang benar disisi Allah adalah hanifiyah sebagai aktualisasi millah Ibrahim.
Gerakan ini menyebar keberbagai penjuru Jazirah Arab, khususnya ditiga wilayah
Hijaz, yaitu Yastrib, Thaif, dan Makkah.
Di tengah
dekadensi moral yang dihadapi oleh masyarakat Arab tersebeut, Allah SWT.
Menurunkan wahyu kepada seorang pria bernama Muhammad agar menyeru dan mengajak
mereka ke jalan kebenaran. Tepat pada tanggal 17 Ramadhan 11 SH/6 Agustus 611
M, Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT. Kepada
Muhammad. Dengan turunya wahyu pertama itu, Muhammad dipilih Allah SWT. Sebagai
Rasul dengan mengajak seluruh uat manusia berada dijalan Allah. Adapun wahyu
pertama itu ialah sebagai berikut:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq 96: 1-5).
Dengan turunnya
wahyu tersebut, dimulailah ajaran agama Islam. Pada mulanya, Nabi Muhamad SAW.,
mengajarkan Agama Islam kepada istrinya, Siti Khadijah untuk beriman kepada
Allah, kemudian diikuti oleh keponakannya, yaitu Ali bin Abi Thalib yang saat
itu baru berusia 10 tahun, serta Zaid bin Haritsah (pembantu rumah tangganya
yang kemudian diangkat menjadi anak angkatny). Kemudian, beliau mengajak
sahabat karibnya untuk beriman kepada Allah SWT., yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq.
Secara
perlahan-lahan, risalah Islam mulai diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas
dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Utsman bin Affan,
Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqas dan lain sebagainya. Mereka ini disebut
dengan assabiquna al-awwalu (orang-orang yang pertama masuk islam).[4]
Setelah beberapa lama melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad
SAW. Mendapat perintah dari Allah SWT. Untuk menyebarkan Islam secara terbuka
atau terang-terangan. Pada awalnya, beliau mengundang dan menyeru pada kerabat
karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tetapi mereka semua menolak. Kemudian
mengajak masyarakat Arab agar mengikuti Ajarannya. Berbagai upaya yang
dilakukan oleh Rasulullah untuk mengislamkan masyarakat Arab tidak berjalan
mudah. Hal itu dikarenakan masih kuatnya keyakinan dan tradisi yang dianut oleh
penduduk saat itu, sehingga sulit bagi mereka meninggalkan penyembahan berhala.
Bahkan ajaran beliau ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy. Banyak
alasan mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut.
Salah satunya adalah keyakinan mereka yang telah lama mengakar sejak nenek
moyang mereka. Akibat penolakan berbagai penolakan tersebut, perlakuan tidak
menyenangkan mulai didapatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada awal dakwahnya
secara terang-terangan. Namun, beliau tetap tegar dan tabah menghadapi semua
perlakuan buruk dari orang-orang Quraisy itu. Saat itu, pemimpin Quraisy mulai
berusaha menghalangi dakwah beliau. Karena pengikut nabi semakin bertambah
banyak, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada
nabi maupun kepada para pengikut beliau.
Berbagai cara
dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy agar Nabi Muhammad SAW., menghentikan
dakwahnya. Saat itu, mereka belum berani melukai Nabi karena beliau mendapat
perlindungan dari pamannya. Yaitu Abu Thalib yang sangat disegani di kalangan
masyarakat Quraisy. Sementara, para pengikut Nabi yang termasukdari kalangan
bangsawan terselamatkan dari siksa kaum Quraisy. Kebencian kaum Quraisy
terhadap Nabi semakin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut Islam
terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang ditimpakan kepada beliau, melainkan
juga rencana pembunuhan yang disusun oleh Abu sufyan. Kegagalan mereka
menghentikan dakwah Nabi dikarenakan beliau dilindungi oleh Bani Hasyim dan
Bani Muthalib, keluarga yang cukup dihormati pada saat itu. Menyadari hal itu,
kaum Quraisy memboikot kedua keluarga terbesar tersebut. Belum sembuh kepedihan
yang dirasakan oleh Muhammad SAW. Abu Thalib dan Siti Khadijah meninggal dunia.
Oleh karena itu, tahun ini disebut dengan ‘amul huzni (tahun kesedihan).
Pada saat
menghadapi ujian berat tersebut, Nabi Muhammad SAW. Mendapatkan perintah dari
Allah SWT. Untuk melakukan perjalanan dari Masjidil al-Haram di Makkah menuju
Baitul Maqdis di Palestina, kemudian ke Sidaratul Muntaha. Dalam perjalanan
yang kemudian dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj ini, beliau menerima syariat
untuk mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27
Rajab tahun 11 sesudah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Peritiwa isra’
dan mi’raj disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Kepada kaum muslimin. Bagi kaum
kafir Quraisy peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok beliau, bahkan
menuduhnya sbagai manusia yang berotak tidak waras.[5]
Setelah peristiwa tersebut Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat,
terutama setelah kedatangan penduduk Yastrib (Madinah) yang berhaji ke Makkah.
Mereka terdiri atas suku Aus dan Khazraj, kemudian menyatakan memeluk Islam.
Atas nama penduduk Yastrib, mereka juga meminta Nabi Muhammad SAW. Berkenan
pindah ke Yastrib. Mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW. Dari berbagai
ancaman. Beliau pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian tersebut
disebut dengan perjanjian Aqabah. Kemudian, beliau bersama pengikutnya hijrah
ke Yastrib secara bertahap. Setelah beberapa tahun memimpin umat Islam di
Madinah, pada tahun 10 H, Nabi Muhammad Menunaikan ibadah Haji terakhir (Haji
Wada’) bersama sekitar 100.000 pengikutnya. Dua bulan setelah menunaikan ibadah
haji tersebut beliau menderita sakit. Lalu pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H/8
Juni 632 M, beliau wafat dan dimakamkan di Masjid Nabawi. Setelah Nabi wafat
kepemimpinan digantikan oleh empat khalifah yang masa kepemimpinanya
berlangsung secara berurutan dan atas dasar persetujuan masyarakat Arab.[6]
Setelah masa para Khulaur Rasyidin berakhir kemudian digantikan berturut-turut
oleh Bani Umayah, Bani Abbasiyah dan kesultanan Utsmaniah serta kekhalifahan
kecil yang berhasil masuk meluaskan kekuasaanya sampai ke Andalusia (Spanyol),
Afrika Utara, dan Mesir. Era keemasan kekhalifahan tersebut mencapai puncaknya
pada masa Harun ar-Rasyid yaitu khalifah kelima Dinasti Abbasiyah yang
dilanjutkan khalifah oleh putranya Ma’mun ar-Rasyid. Saat itu, Baghdad menjadi
salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Beberapa bukti kejayaan itu, antara
lain kekhalifahan Islam berhasil mewujudkan keamanan, kedamaian, serta
kesejahteraan rakyat. Sejak dipimpin beberapa dinasti tersebut, Islam menyebar
hingga kedaerah Spanyol di sebelah barat sampai ke Filipina disebelah timur dan
Afrika Tengah di sebelah selatan sampai Danau Aral di sebelah Utara.[7]
C.
Kitab
Suci Agama Islam
Kitab Suci agama Islam adalah
Al-Qur’an. Bagi umat muslim kitab suci ini merupakan Firman Allah SWT. Yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an
merupakan Mukjizat Muhammad SAW. Yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat
ini. Di dalamnya, terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam
mencapai kebahagian hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Pertama kali, kitab suci Al-Qur’an
ini diturunkan ketika Muhammad SAW. sedang bertafakkur di Gua Hira. Adapun
wahyu yang diterima oleh Muhammad Saw. Adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 saat
beliau berumur 40 tahun. Sedangkan wahyu terakhir adalah surat al-Ma’idah ayat
3. Wahyu terakhir diturunkan pada hari Jum’at 9 Dzulhijjah 10H/16 M di Arafah ketika Muhammad Saw. Berusia 63
tahun dan sedang melaksanakan Haji Wada’ .
Kitab suci Al-Qur’an terdiri atas
114 surat, dengan surat terpanjang atas 286 ayat, yaitu surat Al-Baqarah dan
terpendek 3 ayat yakni surat al-‘Ashr, al-Kautsar, dan An-Nashr. Dari ke 114
surat itu terdapat 6.236 ayat, namun sebagian ulama berpendapat ada 6.666 ayat.
Di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat surah Makkiyah adalah surat yang
turunnya di Makkah dan surat Madaniyah adalah surat yang turun di Kota
Madinah. Adapun ciri-ciri surat makkiyah ialah sebagai berikut:
1.
Mengesakan
Allah.
2.
Mengajak
ke khittah Islam.
3.
Banyak
menyebutkan tentang Hari Kiamat.
4.
Memuat
kisah-kisah tentang para Nabi terdahulu, terkecuali surat Al-Baqarah.
5.
Surat-surat
makkiyah mencapai dua per tiga Mushaf al-Qur’an.
6.
Biasanya
ayatnya pendek-pendek.
7.
Terdapat
lafal kalla.
8.
Terdapat
seruan ayyuhannas dan tidak terdapat yaa ayyuhalladzinaamannuu,
terkecuali dalam surat al-Hajj yang di akhirnya terdapat yaa ayyuhal
ladziina aamannuu irka’uu wasjuduu. Surat-surat yang dikecualikan ialah
surat Al-Baqarah (ayat 21-nya diawali dengan yaa ayyuhannaas ayat 168)
dan surat an-Nisaa’ ayat 33.
9.
Terdapat
kisah Adam dan Idris, terkecuali surat al-Baqarah.
10.
Mengandung
ayat Sajadah.
11.
Surat-suratnya
dimulai dengan huruf at-Tahajji, terkecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran.
Sedangkan,
ciri-ciri surat Madaniyah adalah sebagai berikut:
1.
Pada
umumnya ayat-ayatnya panjang.
2.
Menjelaskan
hukum-hukum waris.
3.
Pembatasan
atau peraturan pada agama.
4.
Hak-hak
yang diperoleh oleh kaum muslim.
5.
Terdapat
izin berperang atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang
hukum-hukumnya.
6.
Menjelaskan
tentang jihad fi sabilillah.
7.
Terdapat
penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, faraid hak-hak perdata,
peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan,
dan kenegaraan.
8.
Didalamnya
tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan
di Makkah.
9.
Di
dalamnya didebat para ahli Kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam
agama.
Karena
diturunkan secara bertahap, maka kitab al-Qur’an tidak langsung berbentuk kitab
yang utuh. Oleh karena itu, dilakukan pengumpulan terhadap ayat-ayat al-Qur’an
sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad Saw., bahkan sejak awal-awal
diwahyukan. Untuk menjaga kemurnian kitab suci al-Qur’an, malaikat Jibril
datang setiap tahun kepada Nabi Muhammad Saw., untuk memeriksa bacaanya.
Malaikat Jibril juga mengontrol bacaan beliau dengan cara memintanya mengulangi
bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian, beliau melakukan hal yang
sama dengan mengontrol bacaan para sahabat.
Dari seluruh
surat di dalam al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah Swt., kepada Nabi
Muhammad., dalam kurun waktu 23 tahun tersebut terdapat beberapa kandungan yang
terbagi menjadi beberapa hal pengertian dari masing-masing kandungan. Adapun
kandungannya adalah sebagai berikut:
1.
Akidah, ilmu yang mengajarkan manusia mengenal kepercayaan yang wajib
diyakini oleh setiap orang. Didalam kitab suci al-Qur’an diajarkan akidah
tauhid, yaitu menanamkan keyakinan terhadap kemahaesaan Allah Swt.
2.
Ibadah, yaitu segala bentuk ketaatan yang wajib dijalankan atau
dikerjakan oleh seluruh umat Islam agar mendapatkan ridla Allah Swt.
3.
Akhlak, yaitu perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik terpuji atau
tercela.
4.
Huku-hukum, yakni perintah kepada seluruh umat Islam yang beriman untuk
mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman pada sesama manusia yang terbukti
bersalah.
5.
Tadzkir, yaitu sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia terhadap
adanya ancaman Allah Swt.
6.
Sejarah
atau kisah, yaitu cerita mengenai orang-orang
yang terdahulu, baik yang mendapatkan kejayaan karena taat kepada Allah Swt.
Maupun yang mengalami kebinasaan akibat tidak durhaka kepada perintah-Nya.
7.
Dorongan
untuk berpikir, di dalam
al-Qur’an banyak ayat yang mengulas suatu kebahasan yang memerlukan pemikiran
manusia untuk mendapatkan manfaat dan membuktikan kebenarannya, terutama
mengenai alam semesta.
Selain meyakini
kitab suci al-Qur’an sebagai sumber dan pedoman hidup, umat Islam juga memegang
teguh ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw. yang tertuang dalam Hadits. Menurut
ulama, hadits ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. baik
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat jasmani maupun sifat akhlak, dan
perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi.
D.
Sistem
kepercayaan Agama Islam
Kerangkan dasar ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. bersifat multidimesional, universal, abadi, dan
suci. Dikatakan multidimensional karena ajarannya mencakup dimensi-dimensi yang
menyangkut hubungan manusia dengan pencipta-Nya (hablum minallah) dan
hubungan dengan dirinya, sesamanya, maupun dengan makhluk lainnya (hablum
minannas). Berikut adalah pokok-poko ajaran Islam yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad :
1.
Aspek
Akidah (keimanan)
Aspek keimanan disebut dengan akidah karena merupakan unsur yang
paling utama dan paling penting dalam ajaran Islam. Aspek akidah ini meliputi :
a.
Beriman
kepada Allah Swt.
b.
Beriman
kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul.
c.
Beriman
kepada Malaikat-Malaikat.
d.
Beriman
kepada Kitab-Kitab.
e.
Beriman
kepada Hari Akhir.
f.
Beriman
kepada Qadha’ dan Qadhar.
2.
Aspek
Ibadah (Islam)
Didalam ajaran Islam, ibadah yang harus dilaksanakan terangkum
dalam rukun Islam. Pokok-pokok keislaman ini ada lima, yakni:
a.
Mengucapkan
dua kalimat syahadat.
b.
Mendirikan
shalat.
c.
Berpuasa.
d.
Mengeluarkan
zakat.
e.
Menunaikan
ibadah haji.
3.
Ihsan
(Etika)
Aspek ihsan menjadi puncak ibadah yang sangat penting yang menjadi
tujuan utama seluruh hamba Allah Swt., sebab, ihsan akan menjadikan manusia
sebagai sosok yang mendapatkan kemuliaan dari Allah Swt.
E.
Pakar-pakar
atau Ilmuan Agama Islam
1.
Abbas
Mahmud Aqqad, adalah seorang tokoh gerakan pembaharuan di Mesir.
2.
Abu
Abdullah Al-Idris, beliau adalah tokoh sejarawan dan Ilmuwan Genetika Arab.
3.
Abu
Ali Al-Khaiyat, seorang Astronom paling terkenal dalam sejarah Islam. Beliau
dikenal dengan nama Al-Bohali.
4.
Abu
Alaa Al-Maarri, merupakan tokoh sejarawan dan pakar agama.
5.
Abu
Bakar Al Karakhi, beliau adalah pakar matematika yang berasal dari Baghdad.
6.
Abu
Hanifah Nukman, pakar Fiqh Islam yang terkemuka, beliau merupakan pendiri
madzab Hanafi di Irak.
7.
Abu
Bakar Ar-Razi, merupakan seorang dokter dan filsuf islam.
8.
Abu
Hamid Al-Gazali, seorang penulis buku Ihya Ulumuddin, yang dijuluki An-Hujjatul
Islam.
9.
Abu
Raihan al-Bairuni, orang pertama yang berpendapat bahwa bumi berputar pada
porosnya.
10.
Badiuz
Zaman, seorang pujangga Arab.
11.
Battani,
seorang Ilmuwan Hadits.
12.
Bukhari,
merupakam seorang ilmuwan hadits.
13.
Darruquthni,
seorang ahli hadist, pakar tata bahasa dan ilmuwan qiraat.
14.
Ibnu
Baithar, seorang pakar tumbuh-tumbuhan.
15.
Ibnu
Hauqal. Seorang ahli geografi.
F.
Kedudukan
Islam Diantara Agama-Agama di Dunia
Islam
adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya
merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib
sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir, melainkan
agama yang melingkupi segalanya dan mencakup sekalian agama yang datang
sebelumnya.[8]Mengenai
posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan
sebagai berikut, yakni:
Pertama,
dapat
dilihat dari ciri khas agama Islam yang paling menonjol, yaitu bahwa Islam
menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa agama besar di
dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah Ta’ala. Salah
satu rukun Iman ialah bahwa seseorang harus beriman kepada sekalian Nabi yang
di utus sebelum Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat yang
menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai
bagian dari rukun Iman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 136 dijelaskan yang
artinya: “Kami beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Isnail, Ishaq, Ya’qub dan anak-cucunya serta apa yang diberikan kepada Musa dan
Isa serta apa yang diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka, dan kami tak
membeda-bedakan salah satu di antara mereka.”
Berdasarkan
ayat tersebut terlihat jelas bahwa posisi Islam di antara agama-agama lainnya
dari sudut keyakinan adalah agama yang meyakini dan mempercayai agama yang di
bawa oleh para Rasul sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukan saja beriman
kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan beriman pula kepada semua Nabi.[9]
Kedua, posisi
Islam di antara agama-agama di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama
Islam yang memberinya kedudukan istimewa di antara sekalian agama. Selain
menjadi agama yang terakhir, dan yang meliputi semuanya, Islam adalah
pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. Dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam surat
Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi “Pada hari
ini Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku
kepadamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama.”
Sebagaimana halnya
bentuk-bentuk kesadaran yang lain, kesadaran beragama bagi manusia sedikit demi
sedikit dan berangsur-angsur dari abad ke abad mengalami kemajuan. Demikian
pula wahyu tentang Kebenaran agung yang diturunkan dari langit juga mengalami
kemajuan, dan ini mencapai titik kesempurnaan dalam Islam. Kebenaran agung
inilah yang diisyaratkan oleh Yesus dalam sabdanya: Banyak lagi perkara yang
aku hendak katakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada kamu dapat menanggung
dia. Akan tetapi Ia sudah datang, yaitu Roh Kebenaran, maka Ia pun akan
membawamu kepada segala kebenaran.
Ketiga, posisi Islam diantara
agama-agama lainnya dapat dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan
ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu:
1. Mendatangkan
perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama-agama
di dunia.
2. Menghimpun
segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya.
3. Memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang
kemudian dimasukkan kedalam agamanya itu.
4. Mengajarkan
kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa
atau umat pada waktu itu masih dalam taraf permulaan dari tingkat perkembangan
mereka, dan yang terakhir adalah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani
bagi umat manusia yang selal bergerak maju.
Keempat, posisi Islam
di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan
didalamnya,. Dengan datangnya Islam, agama memperoleh arti yang baru. Ada dua
hal mengenai hal ini, yaitu:
1. Agama tak
boleh dianggap sebagai digma yang orang harus menerimanya, jika ia ingin
selamat dari siksaan yang kekal.
2. Ruang
lingkup agama itu tak terbatas pada kehidupan akhirat saja melainkan juga
mencakup kehidupan dunia. Dengan kehidupan dunia yang baik, manusia dapat
mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi.
Kelima, posisi
agama terhadap agama-agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki
ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif. Islam berupaya mengakomodir
ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru
didalamnya. Dan Islam terhadap agama lainnya adalah bersikap persuasif, yaitu
dari satu segi Islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus
dihilangkan, namun dari segi lain Islam mengupayakan agar proses menghilangkan
tradisi yang demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan.
Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan
tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga
akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat.
Keenam, hubungan
Islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlak yang mulia
yang ada didalamnya. Contoh ajaran moral dalam agama yaitu ajaran tentang
pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya
tindakan kejahatan. Ajaran tentang pengendalian diri dapat pula dijumpai dalam
ajaran Yahudi yang di bawa oleh Nabi Musa. Dalam agama Yahudi terdapat perintah
Tuhan yang meliputi :
1. Pengakuan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Larangan
menyekutukan Tuhan dengan apa saja dan dimana saja
3. Larangan
menyebut nama Tuhan dengan kata-kata yang dapat menyia-nyiakan-Nya
4. Memuliakan
hari pemberhentian Tuhan dan menciptakan yaitu hari Sabbat
5. Menghormati
ayah dan ibu
6. Larangan
membunuh sesama manusia
7. Larangan
berbuat zina
8. Larangan
mencuri
9. Larangan
menjadi saksi palsu, dan
10. Menahan dorongan hawa
nafsu/keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan menjadi miliknya.
Ajaran
tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan (hedonisme) yang diikuti oleh
keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan dalam makhluk lainnya
dapat dijumpai pula dalam ajaran Islam yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Al-Qur’an mengingatkan
kepada penganutnya agar jangan memperturutkan hawa nafsu, karena mereka yang
mengikuti hawa nafsunya akan mudah terjerumus kedalam kehidupan yang
menyengsarakan. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-An’am ayat 6 yang
berbunyi : “Katakanlah sesungguhnya aku
dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah. Katakanlah : ‘Aku
tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat
demikian dan tidaklah pula termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ajaran
sepuluh firman Tuhan sebagaimana yang terdapat dalam agama Yahudi yang di bawa
oleh Nabi Musa juga dapat dijumpai dalam ajaran Islam sebagaimana termuat dalam
surat Al-Isra’ (17) ayat 23-37, yaitu :
1. Diperintahkan
agar beribadah hanya kepada Allah semata.
2. Diperintahkan
agar menghormati kedua orangtua dengan cara mengasihaninya pada saat kedua
orangtua tersebut sudah lanjut usia, merendahkan hati, tidak mengeluarkan kata-kata yang
menyakitinya melainkan dengan ucapan yang mulia dan menyenangkan, serta senantiasa
memanjatkan doa untuk keduanya.
3.
Memberikan
bantuan kepada karib-kerabat, orang miskin dan ibnu sabil.
4.
Dilarang
menghambur-hamburkan harta benda tanpa tujuan (mubadzir).
6.
Dilarang
membunuh anak kandung sendiri yang disebabkan karena takut miskin.
7.
Dilarang
membunuh orang lain kecuali ada alasan yang membolehkannya.
8.
Dilarang
memakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dianggap baik dan menyerahkan
harta tersebut kepada mereka menjelang dewasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama islam merupakan agama Monoteis dan salah satu dari agama
Abrahamik. Kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu aslama-yuslimu-islaman,
yang secara kebahasaan diartikan “menyelamatkan”. Islam atau islaman merupakan
mashdar atau kata benda dari kata kerja aslama yang bermkana “telah
menyelamatkan”. Jadi, islam bisa diartiaan penerimaan dari penyerahan diri
sepen uhnya kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan
menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari kemusyrikan.
Sejarah
lahirnya agama Islam tidak dapat dilepaskan dari masa sebelum Islam, Khususnya
kawasan Jazirah Arab, karena Agama ini diturunkan dikawasan tersebut. Sebelum
kedatangan islam, penduduk tersebut dikenal dengan kaum Jahiliah. Akan tetapi,
predikat yang disandang oleh mereka ini bukan berarti mereka tidak mengenal
peradaban dan tidak memiliki ilmu pengetahuan. Di tengah dekadensi moral yang
dihadapi oleh masyarakat Arab tersebeut, Allah SWT. Menurunkan wahyu kepada
seorang pria bernama Muhammad agar menyeru dan mengajak mereka ke jalan
kebenaran. Tepat pada tanggal 17 Ramadhan 11 SH/6 Agustus 611 M, Malaikat
Jibril datang menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT.
Sedangkan para Pakar
agama Islam yakni, : Abbas Mahmud Aqqad, Abu Abdullah Al-Idris, Abu Ali
Al-Khaiyat, Abu Alaa Al-Maarri, Abu Bakar Al Karakhi, Abu Hanifah Nukman, Abu
Bakar Ar-Razi, Abu Hamid Al-Gazali,Abu Raihan al-Bairuni, Badiuz Zaman,
Battani, Bukhari, Darruquthni, t.Ibnu Baithar, Ibnu Hauqal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Dudung. (2002). Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta:
Fak.Adab.
al-Azizi, Abdul
Syukur. (2014).Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Yogyakarta:
Saufa.
Hassan, Hassan
Ibrahim. (2006). Sejarah Dan
Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
http://tumiranalfatih.blogspot.co.id/2014/04/posisi-islam-di-antara-agama-agama-di.html diakses pada Minggu, 16 April 2017.
Imron, M. Ali.
(2015). Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, Yogyakarta: IRCiSod.
Nasruddin. (1973). Dienul Islam, Bandung: PT Ma’arif.
Nasution, Harun. (2008).Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jakarta:
UII-Press.
Qadir, Koko Abdul. (2014). Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka
Setia.
Ramadhan
al-Buthy, Muhammad Sa’id. (2006).Sirah Nabawiyah, Jakarta: Robbani
Press.
Sunanto, Musyrifah. (2007). Sejarah Islam Klasik, Jakarta:
Kencana.
[1]M. Ali Imron,
Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSod, 2015), hlm. 427.
[2]Hassan Ibrahim
Hassan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 137.
[3]Muhammad Sa’id
Ramadhan al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2006), hlm.
21.
[4]Musyrifah
Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 13.
[5]Dudung
Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: Fak.Adab, 2002), hlm. 32.
[6]Abdul Syukur
al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Saufa,
2014), hlm.15.
[7]Harun Nasution,
Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UII-Press, 2008), hlm. 50.
[8]Nasruddin,
Dienul Islam, (Bandung: PT Ma’arif, 1973), hlm. 80.
[9]Koko Abdul
Qadir, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014),hlm. 204.
[10]http://tumiranalfatih.blogspot.co.id/2014/04/posisi-islam-di-antara-agama-agama-di.html diakses pada
Minggu, 16 April 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar