Jumat, 05 Oktober 2018

Pendekatan - Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah / Madrasah


Pendekatan - Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah / Madrasah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Pengembangan Kurikulum Kelas D
Dosen Pengampu Dr. Mukh. Nursikin, M.S.I.,M.Pd
.

Disusun oleh :
1.      Sri Mulyani                                (23010-15-0041)
2.      Ahmad Faqihuddin Siroj           (23010-15-0138)
3.      Suprihatin                                   (23010-15-0360)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing kesatuan pendidikan. sesuai denganketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Kurikulum dalam hal ini membutuhkan landasan yang kuat agar dapat dikemban oleh sekolah. Namun pada realitanya kurikulum dibuat sesuai standar kompetensi dasar dan standar nasional yang dibuat dan ditetapkan pemerintah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian dari pendekatan ?
2.      Pendekatan - Pendekatan apa saja dalam Pengembangan Kurikulum PAI?
3.      Bagaimana Strategi Pembelajanya ?
C.    Tujuan
1.      Supaya mengetahui arti dari pendeketan.
2.      Supaya paham akan macam-macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI.
3.      Supaya mengerti strategi pembelajaran yang digunakan.
BAB II
                                                       PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum; yaitu: pendekatan subjek akademis; pendekatan humanistis; pendekatan teknologis; dan pendekatan rekontruksi sosial.
Ditinjau dari tipologi-tipologi filsafat pendidikan Islam sebagaimana uraian sebelumnya, maka tipologi perennial-esensialis salafi dan perennial-esensialis mazhabi lebih cenderung kepada pendekatan subjek akademis dan dalam beberapa hal juga pendekatan teknologis. Demikian pula, tipologi perennial-esensialis kontektual falsitikatif juga cenderung menggunakan pendekaran subjek akademis dan dalam beberapa hal lebih berorientasi pada pendekatan teknologis dan pendekatan humanistis. Tipologi modernis lebih berorientasi pada pendekatan humanistis. Sedangkan tipologi rekonstruksi sosial lebih berorientasi pada pendekatan rekonstruksi sosial.[1]

B.     Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PAI
1.    Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.[2] Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek Al-quran/Hadist, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarih/ sejarah umat Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sub-sub mata pelajaran PAI meliputi : Al-quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq, dan sejarah.
Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian kepada yang lainnya, dan melihat bagaimana isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan kehidupan modern yang kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.

2.    Pendekatan Humanistis
Pendekatan Humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.[3]
Kurikulum Humanistis dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistis. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Kurikulum Humanistis ini, guru diharapkan dapat membangun hubunganemosional yang baik dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a)    Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
b)   Menghormati individu peserta didik.
c)     Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat
Dalam pendekatan Humanistis ini, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Beberapa acuan dalam kurikulum ini antara lain:
a)      Integrasi semua domain afeksi peserta didik, yaitu emosi, sikap, nilai-nilai, dan domain kognisi, yaitu kemampuan dan pengetahuan.
b)      Kesadaran dan kepentingan.
c)      Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan.
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
a)      Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.
b)      Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya terdapat keseragaman peserta    didik.
c)      Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
d)     Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.
3.     Pendekatan Teknologis
Pendekatan teknologi dalam menyusun kurikulum agama islam bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut. Kurikulum berbasis kompetensi yang sedang digalakkan disekolah/ madrasah termasuk dalam kategori pendekatan teknologis.[4]
Dalam pengembangan kurikulum PAI, pendekatan tersebut hanya bisa digunakan untuk pembelajaran PAI yang menekankan pada know how cara menjalankan tugas-tugas tertentu. Misalnya cara menjalankan shalat, haji, puasa, zakat, mengkafani mayat, shalat jenazah dan seterusnya.
Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bilamana ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan menilainya, Di samping itu, pendekatan teknologis ingin mengejar kemanfaatan tertentu, sehingga proses dan rencana produknya (hasilnya) diprogram sedemikian rupa, agar pencapaian hasil pembelajaranya (tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dari rencana proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Pendekatan teknologis ini sudah barang tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun produknya. Karena adanya keterbatasan tersebut, maka dalam pembelajaran pendidikan agama islam tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Jika dalam sebuah pembelajaran PAI menyangkut perencanaan dan proses bisa dengan pendekatan teknologis akan tetapi ketika harus mengevaluasi tentang keimanan peserta didik atas materi rukun iman misalnya, maka pendekatan teknologis tidak bisa digunakan, karena evaluasi ini sulit untuk diukur.
Berikut contoh pendekatan teknologis dalam pengembangan kurikulum PAI.  Sebagaiman tertuang dalam kurikulum:
a.    Standar kompetensi: Mampu mempraktikkan wudlu dan mengenal shalat fardhu.
b.    Kompetensi dasar: Melaksanakan wudlu.
c.    Hasil belajar:
1)   Mampu menjelaskan tatacara wudlu.
2)    Mampu menghafal niat wudlu.
3)   Mampu menyebutkan sunah-sunah wudlu.
4)   Mampu mempraktikan wudlu.
4.      Pendekatan Rekrontruksi Sosial
Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum ini bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan yang muncul tidak harus pengetahuan sosial saja, tetapi di setiap disiplin ilmu termasuk ekonomi, kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama. Melalui interaksi ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyrakat yang lebih baik.
Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial harus memenuhi 3 kriteria berikut, yaitu: nyata, membutuhkan tindakan dan harus mengajarkan nilai. Evaluasi dalam kurikulum rekontruksi sosial mencakup spektrum luas, yaitu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah, pendefinisian kembali pandangan mereka dan kemauan mengambil tindakan.
5.      Pendekatan Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.    Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.
b.    Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula dalam menetapkan materipelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
c.    Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d.   Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.[5]
6.      Pendekatan Akuntabilitas (Accountability)
Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific management atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaian tugas itu.




BAB III
PENUTUP
A.    Analisis
Pengembangan suatu pendekatan yang mencakup elemen elemen kurikulum dengan jelas tapi ringkas. Dalam pengembangan kurikulum itu dititik beratkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya pada kebutuhan untuk kurikulum baru yang muncul dariperubahan situasi. Audery dan Howard Nichols berpendapat bahwa”change should be planned and introduced on a rational and valid this according and logicalprocess and this has not been the casein the vast majority of change that have already taken place”.
Pengembangan kurikulum dengan mengambil elemen-elemen secara tegas, konteks, dan situasi dimana keputusan kurikulum dibuat harus dipertimbangkan secara mendetail dan serius. Analisis situasi ini menjadi langkah awal yang membuat pengembang kurikulum memahami faktor yang akan dikembangkan. Pada awal langkah kurikulum kelas dibuat harus ada  analisis situasi. Mengenai materi Al Qur’an yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Kemudian langkah selanjutnya seleksi tujuan, langkah ini mengandung pengertian bahwa setiap materi yang diajarkan memiliki tujuan yang dicapai. Dalam silabus tujuan dituangkan dalam standart kompetensi dan kompetensi dasar. Semua itu dapat dilihat dalam indikator-indikator yang telah ditentuan dan dalam perilaku setiap individu siswa.


B.       Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI di antaranya yaitu pendekatan subjek akademi, pendekatan humanistis, pendekatan teknologis, pendekatan rekrontruksi sosial, pendekatan berorientasi pada tujuan, pendekatan dengan pola organisasi bahan, pendekatan akuntabilitas.
C.    Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Agar, penulisan makalah ini dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat.








DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin.2009. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi..Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Jakarta: PT. Kencana.
Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada




[1]Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta:PT Rajawali Pers, 2009, hlm.139-14
[2]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Jakarta: Kencana, 2010, hlm.77

[3]Ibid., hlm.142
[4]Ibid., hlm.164
[5]Subandijah., Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993, hlm.28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dosen Pe...